Internasional

Gaza Didamaikan AS, Mengapa Hamas Percaya kepada Donald Trump?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
15 October 2025 10:05
Presiden AS Donald Trump berpose dengan perjanjian yang ditandatangani pada pertemuan puncak para pemimpin dunia untuk mengakhiri perang Gaza, di tengah pertukaran tawanan-sandera yang ditengahi AS dan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, di Sharm el-Sheikh, Mesir, 13 Oktober 2025. (REUTERS/Suzanne Plunkett/Pool)
Foto: Presiden AS Donald Trump berpose dengan perjanjian yang ditandatangani pada pertemuan puncak para pemimpin dunia untuk mengakhiri perang Gaza, di tengah pertukaran tawanan-sandera yang ditengahi AS dan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, di Sharm el-Sheikh, Mesir, 13 Oktober 2025. (REUTERS/Suzanne Plunkett)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kelompok penguasa Gaza, Hamas telah menyetujui gencatan senjata yang dimediasi oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Kesepakatan yang mulai berlaku sejak Jumat itu mengharuskan Hamas melepaskan semua sandera tanpa adanya perjanjian jelas mengenai bagaimana penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza.

Mengutip Reuters, keputusan Hamas untuk percaya pada janji seorang pria yang tahun ini pernah mengusulkan pengusiran warga Palestina dari Gaza dan membangunnya kembali menjadi resor pantai yang dikontrol AS, berakar pada keyakinan bahwa Trump tidak akan membiarkan Israel melanjutkan perang setelah sandera dibebaskan. Keyakinan ini diperkuat oleh dua insiden penting yang melibatkan Trump.

Pertama, penanganan Trump terhadap serangan Israel di Qatar yang gagal membunuh pejabat Hamas, termasuk negosiator utama Khalil Al Hayya. Peristiwa ini memberi Hamas keyakinan lebih bahwa Trump mampu "berdiri tegak melawan Netanyahu" dan serius mengakhiri perang di Gaza. Dalam sebuah panggilan telepon luar biasa, Trump bahkan meminta Netanyahu untuk meminta maaf kepada Perdana Menteri Qatar atas serangan tersebut.

"Fakta bahwa dia [Trump] memberikan jaminan keamanan kepada Qatar bahwa Israel tidak akan menyerang mereka lagi, telah meningkatkan kepercayaan Hamas bahwa gencatan senjata akan tetap berlaku," kata Jonathan Reinhold dari Departemen Studi Politik di Bar-Ilan University di Israel.

Kedua, perintah publik Trump kepada Israel untuk menghentikan permusuhan dengan Iran pada Juni lalu, saat perang 12 hari, dengan menuntut pesawat-pesawat Israel "berbalik dan pulang" di platform Truth Social-nya. Seorang pejabat Palestina di Gaza mengatakan janji publik Trump bahwa serangan serupa tidak akan terjadi lagi terhadap Qatar sangat meningkatkan kredibilitasnya di mata Hamas dan aktor regional lainnya. 

Terlepas dari tuduhan sebelumnya dari Hamas yang menyebut Trump "rasis" dan "resep kekacauan," kehadiran tokoh-tokoh penting AS dan regional di pusat konferensi Sharm El Sheikh meyakinkan Hamas. Pejabat AS senior mengatakan semangat Trump sangat terasa, di mana ia secara pribadi menelepon tiga kali selama sesi maraton, sementara menantunya Jared Kushner dan utusan Steve Witkoff bolak-balik antara negosiator Israel dan Qatar.

Kehadiran kepala intelijen Turki, Ibrahim Kalin, juga dianggap penting karena ikatan kuat Ankara dengan Hamas dan permintaan Trump kepada Presiden Tayyip Erdogan untuk membantu meyakinkan Hamas menerima rencana tersebut.

Meskipun menyetujui gencatan senjata, Hamas tidak menerima jaminan tertulis formal yang didukung oleh mekanisme penegakan spesifik bahwa fase pertama, yang melibatkan pembebasan sandera, penarikan sebagian Israel, dan penghentian pertempuran, akan berlanjut ke kesepakatan yang lebih luas yang mengakhiri perang.

Sebaliknya, kelompok itu menerima jaminan lisan dari Washington dan mediator Mesir, Qatar, dan Turki bahwa Trump akan mengawasi kesepakatan tersebut dan tidak akan mengizinkan Israel untuk melanjutkan kampanye militernya segera setelah sandera dibebaskan.

Para pemimpin Hamas menyadari bahwa "pertaruhan" mereka bisa menjadi bumerang. Mereka khawatir Israel dapat melanjutkan kampanye militernya setelah sandera dibebaskan, seperti yang terjadi setelah gencatan senjata Januari, di mana tim Trump juga terlibat erat.

Namun, mereka berpandangan bahwa terus menahan sandera telah merusak dukungan global untuk Palestina, dan tanpa sandera, Israel tidak akan memiliki kredibilitas untuk memulai kembali pertempuran.

"Bagi kami, perjanjian ini mengakhiri perang," kata salah satu pejabat Hamas.


(luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trump Sebut Gencatan Senjata di Gaza Bisa Tercapai Minggu Depan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular