
Awas Perang Lagi, Thailand Tuding Kamboja Langgar Gencatan Senjata

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah lima hari bentrokan berdarah yang menewaskan puluhan orang dan memaksa ratusan ribu warga sipil mengungsi, harapan akan perdamaian Thailand dan Kamboja kembali terguncang. Hanya berselang 2 hari setelah kesepakatan gencatan senjata diumumkan, militer Thailand menuding pasukan Kamboja melanggar perjanjian tersebut di tiga titik sepanjang perbatasan sengketa.
Dalam pernyataan resmi pada Rabu (30/7/2025), militer Thailand menyebut pasukan Kamboja melakukan pelanggaran di Provinsi Sisaket, wilayah timur laut Thailand yang berbatasan langsung dengan utara Kamboja. Tindakan tersebut memicu kekhawatiran akan meletusnya kembali konflik bersenjata paling mematikan dalam lebih dari satu dekade terakhir antara kedua negara Asia Tenggara itu.
"Pasukan Kamboja menggunakan senjata ringan dan peluncur granat, sehingga memaksa Thailand membalas sebagai bentuk pembelaan diri," ujar juru bicara militer Thailand, Mayor Jenderal Winthai Suvaree, dilansir Reuters.
Ia menambahkan bahwa ini merupakan "insiden kedua sejak gencatan senjata diberlakukan" dan menuduh Kamboja tidak menghormati kesepakatan yang telah dibuat. "Tindakan ini merusak upaya de-eskalasi dan menghancurkan kepercayaan antara kedua negara," lanjutnya.
Tudingan ini muncul hanya 2 hari setelah kesepakatan damai diumumkan pada Senin tengah malam, hasil mediasi yang intensif oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Gencatan senjata itu bertujuan menghentikan pertikaian yang telah menewaskan sedikitnya 43 orang dan membuat lebih dari 300.000 warga dari kedua sisi perbatasan kehilangan tempat tinggal.
Adapun kesepakatan tersebut tidak hanya digerakkan oleh dorongan kemanusiaan, tetapi juga tekanan ekonomi. Amerika Serikat, pasar ekspor terbesar bagi Thailand dan Kamboja, mengancam akan memberlakukan tarif hingga 36% terhadap produk dari kedua negara jika konflik terus berlanjut.
Setelah tercapai kesepakatan, Presiden Trump mengatakan telah berbicara langsung dengan pemimpin Thailand dan Kamboja dan menginstruksikan tim perdagangannya untuk memulai negosiasi tarif. Langkah ini menjadi insentif tambahan agar kedua negara benar-benar menghentikan pertempuran.
Sementara itu, Kamboja dengan tegas membantah tuduhan dari Thailand. Dalam konferensi pers yang digelar pada hari yang sama, juru bicara Kementerian Luar Negeri Kamboja, Chum Sounry, menyatakan bahwa negaranya berkomitmen penuh pada gencatan senjata.
"Kamboja dengan tegas menolak tuduhan pelanggaran gencatan senjata karena tidak benar, menyesatkan, dan merusak proses membangun kepercayaan yang masih rapuh," tegas Sounry.
Ia juga menyatakan bahwa Kamboja mendukung pembentukan mekanisme pemantauan dan pengawasan independen untuk memastikan semua pihak mematuhi perjanjian damai.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perang Thailand-Kamboja Memanas, Dewan Keamanan PBB Rapat Darurat