Perang Thailand-Kamboja Makin Ngeri, 10 Tewas-140 Ribu Ngungsi
Jakarta, CNBC Indonesia - Konflik bersenjata antara Thailand-Kamboja kembali memanas dan meluas, dengan pertempuran kini menjalar ke lima provinsi di dua negara. Bentrokan terbaru menewaskan sedikitnya 10 orang, sementara lebih dari 140.000 warga sipil terpaksa mengungsi akibat serangan jet, tank, dan drone.
Ketegangan meningkat setelah gencatan senjata yang ditengahi Amerika Serikat kembali runtuh. Kedua negara saling menuduh sebagai pemicu eskalasi. Mantan pemimpin Kamboja Hun Sen menegaskan bahwa militernya hanya merespons agresi Thailand.
"Kami tidak membalas selama dua hari. Tapi setelah serangan udara dan rentetan tank, kami terpaksa bertahan," katanya, seperti dikutip AFP, Rabu (10/12/2025).
Di pihak Thailand, militer melaporkan tiga tentara tewas dan 29 terluka sejak Senin. Kementerian Pertahanan Kamboja menyebut tujuh warganya tewas dan 20 lebih luka-luka.
Sementara itu warga Thailand di perbatasan merasa cemas atas intensitas konflik yang meningkat. "Kapan ini akan berhenti? Saya ingin ini segera berakhir," ujar Samlee Tahan, petani 56 tahun di Surin.
Di Kamboja, gelombang pengungsian terus bertambah. Poan Hay, 55 tahun, warga Oddar Meanchey, mengatakan bahwa ini bukan pertama kalinya ia menyelamatkan diri. "Ini keempat kalinya saya melarikan diri. Saya tidak tahu kapan bisa kembali," ujarnya.
AS kembali mendesak kedua pihak menghentikan kekerasan. Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan "kami menyerukan penghentian segera permusuhan dan perlindungan warga sipil."
Perserikatan Bangsa-Bangsa juga mengingatkan potensi eskalasi lebih besar. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meminta kedua pihak "menahan diri dan menghindari eskalasi lebih lanjut."
Namun situasi di lapangan menunjukkan sebaliknya. Phnom Penh menuduh Thailand melakukan serangan fajar di beberapa titik, termasuk dekat Kuil Preah Vihear yang menjadi sengketa. Serangan granat di sekitar kawasan warisan dunia itu menewaskan seorang tentara Thailand, sementara tembakan tidak langsung menewaskan seorang lainnya di Surin.
Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul menegaskan militernya tak akan mundur. "Thailand harus berdiri teguh di belakang mereka yang melindungi kedaulatan kami. Kami tidak bisa berhenti sekarang," ujarnya.
Sementara itu, Angkatan Laut Thailand menyebut Kamboja menggunakan drone untuk memprovokasi pasukan Thailand dan mengklaim telah melancarkan operasi untuk "mengusir" mereka dari wilayah sengketa di Trat.
(tfa/tfa)[Gambas:Video CNBC]