Banyak Dikuasai Segelintir Pihak, Airlangga Dukung 'AI Berkeadilan'

Zahwa Madjid, CNBC Indonesia
Kamis, 27/11/2025 17:40 WIB
Foto: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menerima kunjungan dari Ketua Dewan Maritim Federasi Rusia sekaligus Penasehat Presiden Federasi Rusia Nikolai Patrushev di Jakarta, Jumat (7/11/2025). (Dok. Kemenko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa saat ini Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan masih dikuasai oleh segelintir pihak. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan dan ketidakadilan teknologi.

Hal tersebut disampaikan dalam acara Indonesia AI Day for Financial Industry 2025, Kamis (27/11/2025).


"Wakil Presiden Gibran mengingatkan bahwa AI ini sekarang ini masih dikuasai oleh few companies dan few nations. Pada era saat ini, yang mulai membuat masyarakat dan kita juga mulai berpikir, karena digital itu menghasilkan yang namanya crypto currency, menghasilkan algorithm dengan AI, dan itu membuat ketidakseimbangan semakin membesar," ujar Airlangga dikutip dari keterangan resminya.

Airlangga menegaskan bahwa menjaga keseimbangan teknologi dalam era AI menjadi sangat penting. Maka dari itu, pemerintah tengah mempersiapkan Peta Jalan Kecerdasan Buatan (AI) yang sedang disusun oleh Kementerian Komunikasi dan Digital. Langkah ini untuk memastikan Indonesia memiliki arah yang jelas dalam memanfaatkan teknologi demi mendukung transformasi ekonomi nasional.

"Tantangannya bagaimana kita ke depan dengan AI tetap bisa menjaga keseimbangan, kita jaga keadilan. Jangan sampai dengan teknologi yang lebih tinggi, literasinya semakin dalam, maka menimbulkan ketidakseimbangan," ujarnya.

Berdasarkan laporan Sea-conomy 2025, ekonomi digital Indonesia mencatatkan pertumbuhan dua digit di seluruh sektor. Pada tahun 2025, nilai Gross Merchandise Value (GMV) diproyeksikan mendekati US$ 100 miliar, dengan kontribusi terbesar berasal dari sektor e-commerce.

Pertumbuhan pendapatan mencapai 127% pada aplikasi yang menggunakan AI. Optimisme turut terlihat di dalam negeri, dimana sebanyak 56% pekerja yakin AI akan meningkatkan produktivitas mereka (PwC, 2023). Hal ini memperkuat posisi Indonesia sebagai pasar potensial AI ke-4 di Asia.

Sebelumnya World Bank menjelaskan bahwa keberhasilan pengembangan AI bertumpu pada empat pilar utama yaitu connectivity, compute, context, dan competency.

Maka dari itu, Airlangga menegaskan RI kini tengah mengembangkan keempat pilar tersebut melalui perluasan jaringan infrastruktur dengan pembangunan fiber optik, tower BTS maupun penguatan 4G, 5G dan 6G.

Serta mendorong pertumbuhan data center di dalam negeri melalui pemberian insentif fiskal seperti tax holiday dan tax allowance, pengembangan model AI, seperti inovasi dari Indosat Ooredo dan GoTo yang telah menghasilkan Sahabat-AI, salah satu Large language Model (LLM) open-source Indonesia.

Tak hanya itu, kolaborasi dengan berbagai global tech companies juga dilakukan untuk meningkatkan kompetensi talenta digital dan program magang bagi sekitar 20 ribu lulusan baru sebagai bentuk upskilling.

"Kemudian compute terkait dengan data center, AI membutuhkan banyak data center, dan mendorong juga berbagai pembangunan data center yang berbasis green energy, dan Indonesia punya potensi untuk menjadi tempat, regional data center, karena Indonesia punya luas lahan, Indonesia punya air, dan Indonesia punya energi. Jadi itu yang membuat Indonesia di ASEAN dilirik untuk menjadi rumah bagi data center," ujar Airlangga.

Industri keuangan juga harus mampu berinovasi seperti melalui penerapan Small AI yang dapat membuka peluang pemanfaatan yang lebih inklusif dan terjangkau untuk layanan perbankan digital, aplikasi keuangan mikro, maupun sistem pendukung keputusan bagi UMKM.

Selain itu, QRIS menjadi contoh nyata teknologi digital memperluas inklusi keuangan baik secara domestik maupun internasional. Berdasarkan data per Juni 2025, volume transaksi QRIS mengalami perkembangan 148% (yoy) dan telah digunakan oleh 39 juta merchant, serta 58 juta pengguna.

"Perubahan-perubahan daripada pengembangan AI ini bisa bermanfaat bagi masyarakat. Bersifat adil bagi semuanya dan tidak membuat masyarakat tertinggal. Inilah yang diperlukan untuk pengembangan AI. Jadi kuncinya adalah teknologi AI untuk berkeadilan, teknologi AI untuk kesejahteraan masyarakat dan AI yang membuat ekonomi kita lebih resilience," ujarnya.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pertanian: Tulang Punggung Yang Mulai Rapuh