Internasional

Inggris Lagi Boncos, Pajak Bisa Naik: Hidup Warga Bakal 'Kiamat'?

tfa, CNBC Indonesia
Rabu, 26/11/2025 19:30 WIB
Foto: Warga berjalan di pusat kota di Inggris, Minggu (20/12/2020). (Ben Birchall / PA via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Inggris bersiap mengumumkan anggaran terbarunya. Namun ketidakpastian meningkat karena pemerintah beberapa kali melempar lalu menarik berbagai proposal pajak hanya dalam hitungan minggu.

Strategi "menguji reaksi publik" ini justru membuat masyarakat, pelaku usaha, dan investor bingung soal arah kebijakan fiskal Inggris. Menteri Keuangan Rachel Reeves kini berada dalam tekanan besar.

Sebenarnya Reeves sempat mengeluarkan wacana aturan fiskal ketat. Mulai dari pembiayaan pengeluaran harian hanya lewat pajak hingga target surplus besar. Pemerintah juga ingin memperbesar ruang fiskal dari 10 miliar pound menjadi 15 miliar pound.



Padahal tahun lalu, sektor bisnis sudah menanggung tambahan pajak sekitar 40 miliar pound (Rp820 triliun). Tak heran banyak pihak meminta pemerintah tidak melakukan "penggerebekan pajak" lagi. 

Namun ruang manuver yang semakin sempit membuat opsi kenaikan pajak sulit dihindari. Bukan hanya perusahaan yang akan dibidik pajak baru, tapi juga pekerja, pemilik properti, dan pemegang skema pensiun kini ikut menjadi sasaran potensial.

Menurut Ekonom Deutsche Bank, Sanjay Raja, kenaikan pajak nyaris pasti terjadi. Inflasi dan kenaikan gaji akan mendorong lebih banyak pekerja naik ke kelompok pajak lebih tinggi sehingga otomatis meningkatkan penerimaan negara.

"Kita akan melihat banyak sekali langkah peningkatan pajak," ujarnya, dikutip CNBC International, Rabu (26/11/2025).

"Ini akan menjadi anggaran bersejarah, salah satu yang terbesar dalam periode pascaperang."

Pemerintah juga mempertimbangkan pajak baru atas properti mewah, perjudian, hingga skema bayar per mil untuk kendaraan listrik. Skema pensiun pun tak luput, dengan kemungkinan pembatasan program "salary sacrifice".

Meski demikian, Reeves masih ingin memberi keringanan bagi warga dengan wacana aturan menghapus batas dua anak pada tunjangan kesejahteraan, memotong PPN energi, dan membekukan tarif kereta. Ia menegaskan bahwa pengendalian biaya hidup tetap menjadi prioritasnya.

Sementara itu, pelaku usaha berharap pemerintah memilih kebijakan yang jelas dan terukur. Mereka khawatir serangkaian kenaikan pajak kecil justru menciptakan ketidakpastian.

"Lebih baik satu atau dua kenaikan pajak besar daripada mati karena seribu pajak," ujar Kepala CBI, Rain Newton-Smith.

Direktur Ekonomi CBI, Mohammad Jamei, juga menambahkan. Ia mengatakan bahwa kunci terpenting adalah pertumbuhan ekonomi.

"Yang tidak kita lihat adalah lonjakan investasi dan aktivitas bisnis yang bisa membantu menutup kesenjangan fiskal," ujarnya.

Pertumbuhan Ekonomi Seret?

Situasi kian rumit karena proyeksi terbaru Office for Budget Responsibility (OBR) akan dirilis bersamaan dengan pernyataan anggaran. Laporan awal menunjukkan prospek pertumbuhan Inggris lima tahun ke depan kemungkinan direvisi turun, sementara produktivitas juga diperkirakan melemah.

Dua faktor ini berpotensi mengurangi penerimaan pajak dan mempersempit ruang gerak Reeves. Dengan tekanan fiskal besar, prospek ekonomi yang melemah, dan kebutuhan menjaga kepercayaan investor, anggaran terbaru tahun ini bisa menjadi salah satu pernyataan fiskal paling menentukan dalam beberapa tahun terakhir-dengan dampak luas bagi pekerja, pelaku usaha, hingga rumah tangga di seluruh negeri.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Hanya 0,1%, Pertumbuhan Ekonomi Inggris Q3-2025 Melambat