Mendag Budi Beberkan Daftar Panjang Tulang Punggung & Motor Ekonomi RI
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso membeberkan daftar panjang komoditas strategis Indonesia yang selama ini menjadi penopang stabilitas harga, pendorong inflasi, sekaligus fondasi ketahanan pangan nasional. Hal itu disampaikannya menanggapi pertanyaan anggota DPR soal apa saja jenis hasil bumi, pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, hingga tanaman endemik dan hortikultura yang dikategorikan strategis oleh pemerintah.
Dalam paparannya, Budi menjabarkan, sektor pangan masih memegang peran paling dominan dalam pembentukan inflasi. Ia menilai tingginya kontribusi kelompok makanan menjadi alasan utama mengapa pengelolaan komoditas strategis harus dilakukan secara terintegrasi.
"BPS secara konsisten mencatat bahwa kelompok makanan, minuman, dan tembakau merupakan penyumbang utama inflasi," katanya dalam rapat kerja dengan Badan Legislatif DPR, Rabu (26/11/2025).
Artinya stabilisasi harga tidak bisa dilihat hanya dari sudut kebijakan perdagangan, tetapi juga rantai produksi dan distribusi secara menyeluruh.
Budi kemudian menyoroti komponen volatile food yang selama bertahun-tahun menjadi sumber gejolak harga di berbagai daerah. Menurutnya, sejumlah komoditas rawan fluktuasi dan perlu dijaga agar tidak memicu kenaikan harga beruntun.
"Sementara, komponen volatile food seperti beras, cabai, bawang, minyak goreng, daging, dan telur menjadi sumber fluktuasi harga terbesar setiap tahun," sebutnya.
Karakter fluktuatif inilah yang membuat pemerintah harus menempatkan komoditas pangan pokok sebagai bagian dari komoditas strategis nasional.
Lebih jauh, ada beberapa daftar komoditas utama yang selama ini menjadi tolok ukur perdagangan dalam negeri dan pendorong inflasi volatile food. Ia menekankan, kelompok pangan pokok ini tidak hanya penting bagi konsumen, tetapi juga menjadi indikator stabilitas pasar nasional.
"Kemudian komoditas pangan dan barang kebutuhan pokok seperti jagung, beras, gula konsumsi, kedelai, minyak goreng sawit, daging ayam ras, telur ayam, daging sapi, cabai, dan bawang merah merupakan komoditas strategis dari sudut perdagangan dalam negeri serta menjadi pendorong utama inflasi volatile food dalam rilis inflasi BPS," sebut Budi.
Penguatan produksi dan distribusi komoditas-komoditas tersebut menjadi prioritas utama pemerintah untuk menjaga stabilitas harga konsumen. Tak hanya pangan pokok, komoditas perkebunan juga masuk daftar strategis karena berperan ganda bagi ekonomi nasional. Sektor ini bukan hanya tulang punggung pendapatan petani, tetapi juga memasok kebutuhan bahan baku industri.
"Komoditas perkebunan seperti kopi, kakao, karet, kelapa, kelapa sawit, teh, tembakau, dan sagu, dan tebu dipandang strategis karena menjadi tulang punggung pendapatan petani sekaligus bahan baku industri domestik," sebut Budi.
Kontribusi sektor perkebunan tidak hanya tampak pada perdagangan internasional, tetapi juga pada hilirisasi industri dalam negeri. Budi juga menyinggung pentingnya sektor perikanan sebagai penopang ketahanan protein masyarakat Indonesia. Data konsumsi ikan terus meningkat setiap tahun, menandakan tingginya ketergantungan masyarakat terhadap komoditas ini.
"Kemudian juga komoditas perikanan, pada data KKP tahun 2023 menunjukkan konsumsi ikan masyarakat mencapai 57,6 sampai 57,9 per kilogram per kapita per tahun, menjadikan ikan konsumsi sebagai komoditas strategis bagi ketahanan protein nasional," ujar Budi.
Komoditas strategis memang berbeda-beda di tiap kementerian dan lembaga (K/L). Namun, ia memastikan bahwa seluruh kebijakan yang mengatur komoditas tersebut saling terkait dan diarahkan pada tujuan yang sama, yaitu menjaga stabilitas harga dan memperkuat produksi nasional.
"Definisi atau pengertian komoditas strategis memang masih secara sektoral di masing-masing K/L dan pembina. Namun demikian, kebijakan masing-masing komoditas strategis sebenarnya sudah secara secara holistik ya, masing-masing K/L ini melakukan kebijakan yang saling terkait satu dengan yang lain," sebut Budi.
(dce)