MARKET DATA
Internasional

Drama Baru Rusia-Ukraina: Trump "Tantrum"-Usulan Damai AS Bikin Tegang

luc,  CNBC Indonesia
24 November 2025 05:28
Foto Kolase Presiden Rusia, Vladimir Putin, Presiden AS, Donald Trump, dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy. (AP Photo)
Foto: Foto Kolase Presiden Rusia, Vladimir Putin, Presiden AS, Donald Trump, dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy. (AP Photo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Upaya Amerika Serikat menyusun peta jalan untuk mengakhiri perang di Ukraina memasuki babak baru setelah putaran pembicaraan intensif di Jenewa pada Minggu (23/11/2025), tak lama setelah Trump menyampaikan bahwa Ukraina tidak menunjukkan rasa terima kasih.

Belum ada kata sepakat terkait jaminan keamanan bagi Kyiv di tengah kekhawatiran akan ancaman Rusia.

Pertemuan tersebut dipimpin Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dan delegasi tingkat tinggi Ukraina, dilakukan setelah Kyiv serta sejumlah sekutu menyampaikan kegelisahan atas rencana perdamaian yang didorong Washington karena dinilai mengandung konsesi besar kepada Moskow.

Rubio mengatakan sejumlah isu utama masih membutuhkan pembahasan tambahan, termasuk peran NATO dan bentuk jaminan keamanan bagi Ukraina, namun ia menegaskan bahwa timnya telah mempersempit perbedaan pandangan dalam rencana 28 poin yang diusung Presiden Donald Trump.

"Dan kita telah mencapai hal itu hari ini dengan cara yang sangat substansial," ujarnya, dilansir Reuters.

Sebelumnya, Trump menyampaikan bahwa Ukraina tidak menunjukkan rasa terima kasih atas upaya Amerika Serikat, pernyataan yang mendorong pejabat Ukraina buru-buru menegaskan apresiasi mereka kepada presiden AS tersebut.

Usulan Eropa Masuk Meja Perundingan

Menjelang malam, para pejabat Eropa bergabung dalam pembahasan setelah merumuskan versi modifikasi dari rencana AS. Draf Eropa menolak batasan kekuatan militer Ukraina yang tercantum dalam rencana Washington serta keberatan terhadap pengaturan teritorial yang dinilai memberi keuntungan awal kepada Rusia.

Rencana dari Eropa mengusulkan Ukraina diperbolehkan memiliki kekuatan militer yang lebih besar dibanding versi AS. Selain itu, diskusi mengenai pertukaran wilayah diminta dimulai dari garis depan terkini, bukan dari posisi yang terlebih dahulu ditetapkan sebagai wilayah Rusia.

Di sisi lain, Trump pada Jumat memberi tenggat bagi Presiden Volodymyr Zelensky hingga Kamis untuk menyetujui rencana AS yang mensyaratkan Ukraina menyerahkan sebagian wilayah, menerima pembatasan militer, serta mengakhiri ambisi bergabung dengan NATO.

Namun pada Sabtu, Trump menegaskan bahwa proposal yang beredar saat ini bukanlah tawaran final.

Rubio juga menekankan bahwa pihaknya masih membutuhkan waktu untuk menyelesaikan poin-poin tertunda. Ia berharap kesepakatan dapat dicapai pada Kamis, tetapi tidak menutup kemungkinan prosesnya lebih panjang.

Sementara itu, dua sumber menyebut AS dan Ukraina sedang membahas kemungkinan Zelensky terbang ke Washington, mungkin dalam pekan ini, untuk mendiskusikan bagian paling sensitif dari rencana perdamaian.

Menurut salah satu sumber, topik yang akan dibahas mencakup isu teritorial.

Asal-usul Rencana AS

Suasana perundingan sempat "kaku" akibat komentar Trump di Truth Social yang menyoroti sikap "tak tahu terima kasih" dari pemimpin Ukraina, serta kecamannya bahwa Eropa tetap membeli minyak Rusia.

Rubio bahkan sempat menghentikan jalannya pertemuan untuk berbicara kepada wartawan, menyebut diskusi kali ini sebagai yang terbaik sejak Trump kembali menjabat.

Ia menegaskan bahwa perubahan pada rancangan rencana akan dilakukan untuk mencari formula yang dapat diterima baik oleh Ukraina maupun AS.

"Tentu saja hal ini pada akhirnya harus disetujui oleh presiden kita, meskipun saya merasa sangat yakin hal itu akan terjadi mengingat kemajuan yang telah kita buat," kata Rubio.

Andriy Yermak, ketua delegasi Ukraina, menggunakan jeda pertemuan untuk menyampaikan terima kasih kepada Trump atas komitmennya terhadap Kyiv. Beberapa menit kemudian, Zelensky juga menyampaikan hal serupa.

Sejak rencana AS diumumkan, sekutu Eropa mempertanyakan siapa yang sebenarnya merumuskannya, karena mereka mengaku tidak pernah diajak konsultasi. Rubio sebelumnya menyatakan di platform X bahwa rencana itu sepenuhnya dibuat Washington sebagai bentuk penegasan atas kebingungan yang dipicu komentar sejumlah senator AS.

Senator Angus King mengatakan Rubio memberi tahu para senator bahwa rencana itu bukan posisi resmi pemerintah, namun justru memuat harapan Rusia.

 

(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trump Tiba-tiba Murka Soal Israel, Beri Sanksi Ke Petinggi PBB Ini


Most Popular