Internasional

Trump Perintahkan Uji Coba Nuklir, Siaga Perang Vs Rusia-China

Tommy Patrio Sorongan,  CNBC Indonesia
30 October 2025 11:57
U.S. President Donald Trump speaks during the Missile Defense Review announcement at the Pentagon in Arlington, Virginia, U.S., January 17, 2019. REUTERS/Kevin Lamarque
Foto: Presiden AS Donald Trump (REUTERS/Kevin Lamarque)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memerintahkan Departemen Pertahanan untuk segera memulai kembali uji coba senjata nuklir. Hal ini dilakukan agar Negeri Paman Sam sejajar dengan Rusia dan China yang disebutnya telah meningkatkan aktivitas pengujian senjata mematikan tersebut.

Dalam unggahannya di platform Truth Social pada Rabu (29/10/2025) waktu setempat, Trump menulis bahwa langkah tersebut diambil sebagai respons terhadap program pengujian senjata nuklir negara lain.

"Karena program pengujian negara-negara lain, saya telah menginstruksikan Departemen Perang untuk mulai menguji senjata nuklir kita secara setara. Proses itu akan dimulai segera," tulis Trump.

Pernyataan itu muncul kurang dari satu jam sebelum pertemuan pentingnya dengan Presiden China, Xi Jinping, di Korea Selatan pada Kamis pagi. Pertemuan tersebut diharapkan membahas kemungkinan gencatan dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia dan merupakan pertemuan pertama keduanya sejak 2019.

Langkah Trump memunculkan pertanyaan besar mengenai arah kebijakan nuklir Amerika Serikat. Negeri itu belum pernah melakukan uji coba nuklir penuh sejak 1992, sementara Rusia dan China juga tidak diketahui pernah melakukannya dalam periode yang sama.

Pernyataan Trump mengenai "uji coba setara" pun menimbulkan ketidakjelasan: apakah ia bermaksud melakukan uji ledakan aktual atau sekadar demonstrasi kemampuan militer seperti yang baru-baru ini dilakukan Rusia.

Instruksi Trump juga muncul setelah Presiden Rusia Vladimir Putin pada Minggu (20/10) mengumumkan keberhasilan uji coba rudal jelajah Burevestnik, yang menggunakan tenaga nuklir dan dapat membawa hulu ledak nuklir. Kremlin menyebut langkah itu sebagai bagian dari upaya menjamin keamanan nasional Rusia.

Trump menilai pengumuman Putin itu "tidak pantas". Namun, pejabat senior Rusia Sergei Ryabkov mengatakan bahwa Moskow telah memberi tahu Washington sebelumnya mengenai uji tersebut.

Rusia juga mengeklaim telah melakukan uji sistem senjata lain, yakni torpedo bertenaga nuklir Poseidon, yang menurut para analis militer berpotensi menimbulkan gelombang laut radioaktif besar jika meledakkan hulu ledak di bawah laut.

Ledakan semacam itu, kata para ahli, dapat menghancurkan wilayah pesisir dan mencemari kota-kota dengan radiasi dalam skala luas.

Kedua uji coba tersebut dilakukan di tengah meningkatnya retorika nuklir Kremlin dan kebuntuan dalam pembicaraan keamanan antara Washington dan Moskow terkait perang di Ukraina.

Dalam unggahannya, Trump juga mengeklaim bahwa Amerika Serikat memiliki lebih banyak senjata nuklir daripada negara manapun.

Namun, menurut perkiraan terbaru dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), AS memiliki 5.177 hulu ledak nuklir, sementara Rusia memiliki 5.459. China diproyeksikan mencapai 1.500 hulu ledak pada tahun 2035.

Data International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICAN) juga menunjukkan Rusia saat ini memegang sekitar 5.500 hulu ledak nuklir, sementara AS memiliki 5.044.

Sejak 1998, satu-satunya negara yang diketahui melakukan uji coba nuklir penuh adalah Korea Utara. Negara-negara bersenjata nuklir lainnya, termasuk AS, telah membatasi diri pada uji "subkritis" - pengujian tanpa ledakan nuklir penuh - serta simulasi komputer untuk memastikan keandalan sistem persenjataan mereka.

Uji coba terakhir AS, bernama "Divider", dilakukan pada 23 September 1992 di Nevada Test Site, yang kini disebut Nevada National Security Site. Setelah itu, Presiden George H.W. Bush mengumumkan moratorium uji bawah tanah, meski secara teknis AS masih memiliki kemampuan untuk memulai kembali uji tersebut kapan saja.

 


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Donald Trump Ancam Bombardir Moskow dan Beijing

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular