Internasional

PD 3 Menanti, Rusia-China Respons Aksi Trump Kerahkan Senjata Nuklir

Tommy Patrio Sorongan,  CNBC Indonesia
30 October 2025 21:50
Bendera nasional Rusia berkibar di depan Aula Besar Rakyat sebelum upacara penyambutan Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin di Beijing pada 24 Mei 2023. (THOMAS PETER/POOL/AFP via Getty Images)
Foto: Bendera nasional Rusia berkibar di depan Aula Besar Rakyat sebelum upacara penyambutan Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin di Beijing pada 24 Mei 2023. (POOL/AFP via Getty Images/THOMAS PETER)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat Donald Trump memerintahkan Pentagon untuk segera melanjutkan uji coba senjata nuklir, Kamis (30/10/2025). Keputusan mendadak ini disampaikan Trump di tengah meningkatnya persaingan strategis dengan Rusia dan China, namun segera dibalas oleh Moskow dan Beijing.

Trump membuat pengumuman itu di platform media sosial Truth Social pada hari Kamis, hanya beberapa menit sebelum ia bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Busan, Korea Selatan. Trump mengklaim terpaksa mengambil langkah ekstrem tersebut karena program pengujian nuklir negara lain.

"Amerika Serikat memiliki lebih banyak Senjata Nuklir daripada negara lain manapun," tulis Trump.

"Rusia berada di urutan kedua, dan China berada di urutan ketiga yang jauh, tetapi akan menyusul dalam 5 tahun. Karena program pengujian negara lain, saya telah menginstruksikan Departemen Perang untuk mulai menguji Senjata Nuklir kami atas dasar yang setara. Proses itu akan segera dimulai," tambahnya.

Keputusan Trump ini langsung memicu reaksi dari Rusia. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, merespons dengan hati-hati, mengatakan bahwa Rusia akan mengikuti langkah Washington jika AS benar-benar melanjutkan pengujian nuklir. Namun, Peskov juga membantah klaim Trump bahwa Moskow sedang melakukan uji coba senjata nuklir.

"Presiden Trump menyebutkan dalam pernyataannya bahwa negara-negara lain terlibat dalam pengujian senjata nuklir. Sampai sekarang, kami tidak tahu bahwa ada orang yang melakukan pengujian," kata Peskov kepada wartawan dikutip Newsweek.

Peskov menegaskan bahwa uji coba rudal jelajah bertenaga nuklir Burevestnik pada 21 Oktober dan torpedo super bertenaga nuklir Poseidon pada 28 Oktober yang dilakukan Rusia "sama sekali bukan merupakan uji coba senjata nuklir." Peskov menambahkan bahwa Rusia tidak menerima pemberitahuan sebelumnya dari AS mengenai perubahan posisi pengujian nuklir tersebut.

China, yang dituduh Trump akan menyamai AS dalam 5 tahun ke depan, juga segera mengeluarkan pernyataan. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menyatakan Beijing berharap AS akan mematuhi Perjanjian Pelarangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT) dan mempertahankan komitmennya untuk menangguhkan uji coba nuklir.

"Kami mendesak Washington untuk mengambil tindakan praktis guna melindungi rezim pelucutan senjata nuklir dan nonproliferasi internasional, serta menjaga keseimbangan dan stabilitas strategis global," ujar Guo.

China adalah salah satu dari sedikit negara bersenjata nuklir, bersama India-yang secara resmi berjanji untuk tidak menggunakan senjata nuklir terlebih dahulu (no-first-use policy). Beijing telah menjadi penandatangan, meskipun belum meratifikasi CTBT, dan dikenal mematuhi prinsip-prinsip pelarangan uji coba skala penuh sejak 1996.


(tps/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos NATO Blak-blakan Sebut Serangan China ke Taiwan Bakal Seret Putin

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular