Internasional

Iran Respons AS Mau Kerahkan Senjata Nuklir, Beri Jawaban Menohok

luc,  CNBC Indonesia
31 October 2025 21:00
Ilustrasi bendera Iran dan Amerika Serikat (File/REUTERS)
Foto: Ilustrasi bendera Iran dan Amerika Serikat (File/REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Iran melontarkan kecaman keras terhadap keputusan mengejutkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang memerintahkan Pentagon untuk melanjutkan uji coba senjata nuklir.

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menyebut langkah tersebut sebagai tindakan "mundur" dan "tidak bertanggung jawab", menuduh Washington telah menjadi ancaman bagi stabilitas global.

"Setelah mengganti nama 'Departemen Pertahanan'-nya menjadi 'Departemen Perang', pengganggu bersenjata nuklir ini kembali melanjutkan uji coba senjata atom," tulis Araghchi dalam unggahan di platform X pada Kamis (30/10/2025) malam.

"Ironisnya, pengganggu yang sama telah memfitnah program nuklir damai Iran dan mengancam akan menyerang fasilitas nuklir kami yang berada di bawah pengawasan internasional. Semua ini dilakukan dengan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional," tambahnya.

Sebelumnya pada hari yang sama, Trump membuat pengumuman mengejutkan di platform Truth Social, hanya beberapa jam sebelum bertemu Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan di sela-sela pertemuan puncak APEC.

Dalam unggahan itu, Trump mengatakan bahwa ia telah memerintahkan Pentagon untuk segera melanjutkan uji coba senjata nuklir "secara setara" dengan negara-negara lain seperti Rusia dan China, yang menurutnya akan memiliki kekuatan nuklir setara dengan Amerika Serikat dalam waktu "lima tahun".

Keputusan tersebut langsung memicu kekhawatiran internasional, terutama karena uji coba nuklir telah lama dilarang di bawah Comprehensive Nuclear Test-Ban Treaty (CTBT) tahun 1996. Meskipun Amerika Serikat, China, dan Iran telah menandatangani perjanjian itu, ketiganya belum meratifikasinya. Sementara Rusia menarik ratifikasinya pada 2023.

Ankit Panda, pakar keamanan nuklir dan peneliti senior di Carnegie Endowment for International Peace, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa keputusan Trump kemungkinan besar merupakan tanggapan terhadap langkah terbaru Rusia dan China, bukan akibat sengketa AS-Iran.

"Langkah ini tampaknya lebih sebagai respons terhadap tindakan Moskow dan Beijing," kata Panda.

Pekan ini, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan bahwa negaranya telah menguji torpedo super bertenaga nuklir Poseidon, setelah sebelumnya melakukan uji coba rudal jelajah nuklir Burevestnik.

Sementara itu, China pada September lalu memamerkan kekuatan nuklirnya dalam parade militer besar yang menampilkan sistem senjata baru dan modifikasi seperti rudal balistik antarbenua Dongfeng-5 yang mampu membawa hulu ledak nuklir.

Namun, menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), baik Rusia maupun China belum melakukan uji coba nuklir dalam arti sebenarnya, yakni ledakan nuklir di permukaan, bawah tanah, atau bawah laut, selama beberapa dekade.

Sebagai catatan, uji coba nuklir terakhir dilakukan Uni Soviet pada 1990, China pada 1996, Inggris pada 1991, Amerika Serikat pada 1992, dan Prancis pada 1996. Satu-satunya negara yang masih melakukan uji coba nuklir dalam dua dekade terakhir adalah Korea Utara, dengan uji terakhir pada 2017.

 


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Iran Ogah Didikte AS soal Nuklir, Perang Dunia 3 di Depan Mata?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular