KKP Fokus Kebut Bangun Cold Storage di sini, Kondisi Terkini Begini
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengakui sistem rantai dingin (cold chain) di sektor perikanan Indonesia masih belum merata. Padahal, keberadaan fasilitas gudang berpendingin (cold storage) menjadi kunci menjaga kualitas tangkapan nelayan dan efisiensi distribusi pangan laut.
"Rantai dingin ada, tapi sekarang belum merata," ujar Plt. Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Machmud saat ditemui usai acara Agri Food Summit 2025 di Auditorium Menara Bank Mega, Jakarta, Kamis (16/10/2025).
Berdasarkan data Direktorat Logistik Ditjen PDSPKP, pada tahun 2024 total cold storage di seluruh Indonesia mencapai 2.110 unit dengan kapasitas sekitar 813.966 ton. Dari jumlah itu, sektor swasta mendominasi dengan 1.882 unit berkapasitas 795.653 ton, sementara milik pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah, hanya 228 unit dengan kapasitas 18.313 ton.
Sebaran fasilitas ini pun masih timpang antarwilayah. Pulau Jawa tercatat memiliki cold storage terbanyak dengan total 944 unit berkapasitas 557.214 ton. Disusul Sulawesi sebanyak 283 unit (70.122 ton) dan Sumatra sebanyak 327 unit (73.552 ton). Sementara wilayah timur seperti Maluku-Papua hanya memiliki 303 unit dengan kapasitas 55.481 ton.
"Banyaknya di Jawa, Sumatra sedikit. Jawa pun ya tidak semuanya, wilayah timur masih sedikit," katanya.
Ia menjelaskan, KKP sendiri saat ini mengelola sekitar 200 unit cold storage yang tersebar di berbagai daerah. Namun kapasitas tersebut dinilainya belum mencukupi kebutuhan. "Belum, masih kurang," tegas dia.
Untuk mengatasinya, KKP kini memusatkan pembangunan rantai dingin melalui program Kampung Nelayan dan Kampung Budidaya Merah Putih. Dalam program ini, setiap lokasi akan dilengkapi cold storage, pabrik es, mobil berpendingin, dan cool box agar mutu hasil laut tetap terjaga sejak diambil dari nelayan hingga ke pasar.
"Itu nanti rantai dingin ada di Kampung Nelayan sama Kampung Budidaya," kata Machmud.
Namun, konsep yang dijalankan saat ini bukan lagi "rantai pendingin raksasa" seperti yang pernah digagas di masa lalu.
"Oh nggak, bukan rantai dingin raksasa, kita di masing-masing itu sesuaikan dengan kondisi wilayahnya. Contoh misalkan cold storage untuk hanya 10 ton (hasil perikanan), ya kondisi wilayah di Kampung-Kampung Nelayan itu," jelasnya.
Saat ini, menurut Machmud, pembangunan cold storage sedang berjalan di 65 lokasi Kampung Nelayan Merah Putih. Dengan kapasitas awal yang dibangun adalah 10 ton per unit, dan akan disesuaikan dengan produksi di masing-masing wilayah.
"Setiap Kampung Nelayan itu sudah pasti ada cold storagenya, beserta pabrik es, ada mobil yang berpendingin. Semua disiapin agar hasil dari nelayan tetap terjaga," ujarnya.
Senada, Staf Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Humas dan Komunikasi Publik Doni Ismanto Darwin mengatakan, pembangunan rantai dingin kini difokuskan pada Kampung Nelayan Merah Putih.
"Saat ini pembangunan atau pengadaan sarana rantai dingin dilakukan konsentrasi di Kampung Nelayan Merah Putih, terdiri dari cold storage, pabrik es, mobil berpendingin, dan coolbox. Sehingga ikan hasil tangkapan nelayan akan terjaga kualitasnya," ujar Doni dihubungi terpisah.
Menurut Doni, kapasitas fasilitas tersebut akan menyesuaikan dengan tingkat produksi kampung nelayan masing-masing. Pemerintah menargetkan pembangunan 100 Kampung Nelayan baru tahun ini, dan secara bertahap menuju 1.000 desa perikanan sesuai target Presiden Prabowo Subianto.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto dalam Forbes Global CEO Conference 2025 di Jakarta, Rabu (15/10/2025) malam mengatakan, program Desa Nelayan Merah Putih mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Menurut Prabowo, dari proyek percontohan yang digagas KKP, pendapatan nelayan mampu naik hingga dua kali lipat.
Pada proyek itu, pemerintah membangun dermaga sederhana, menyediakan fasilitas produksi es, cold storage, serta panel surya untuk kebutuhan energi. Selain itu juga ada klinik bersih dan sekolah bagi keluarga nelayan.
"Kami menemukan dari kesaksian mereka, setelah satu setengah hingga dua tahun, pendapatan mereka meningkat hingga 100%. Itu luar biasa. Saya sendiri sangat terkejut. Saya pikir mungkin 40%, 50%, tapi ternyata meningkat 100%. Dan semua itu hanya karena hal-hal dasar seperti es, dan tentu saja fasilitas untuk pelelangan ikan," kata Prabowo dalam Forbes Global CEO Conference 2025 di Jakarta, Rabu (15/10/2025) malam.
(dce)