AS Shutdown, Anindya Bakrie Bilang Begini-Sebut Nama Luhut

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
10 October 2025 18:05
Ketua Umum Kadin Anindya Bakrie usai  Konferensi pers Rapat Koordinasi Kesiapan Retret KADIN Tahun 2025 di Gedung Lemhanas RI, Jumat (1/8/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)
Foto: Ketua Umum Kadin Anindya Bakrie usai Konferensi pers Rapat Koordinasi Kesiapan Retret KADIN Tahun 2025 di Gedung Lemhanas RI, Jumat (1/8/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah ketidakpastian akibat penutupan sementara pemerintahan Amerika Serikat (US government shutdown), Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menegaskan, dunia usaha tetap harus bergerak. Ketua Umum Kadin Anindya Bakrie menyebut, situasi politik dan fiskal di AS bukan hal baru dan tak seharusnya membuat pelaku usaha Indonesia terpaku menunggu kepastian dari luar.

Anindya mengatakan, dinamika serupa sudah pernah terjadi dalam kurun satu tahun terakhir dan bukan kali ini saja Washington mengalami kebuntuan anggaran. Di sisi lain, menurutnya, ada ruang bagi Indonesia untuk tetap produktif dan bahkan memperluas kapasitas industri ekspor yang selama ini menopang banyak sektor padat karya.

"US shutdown ini bukan pertama dalam satu tahun terakhir. Kalau nggak salah Pak Luhut DEN (Ketua Dewan Ekonomi Nasional) lagi di sana, bicara dengan Menteri Trade (Mendag AS). Dan Presiden Trump juga terus aktif untuk mencoba cari jalan itu di Gaza," kata Anindya di JCC, Jumat (10/10/2025).

Hal paling krusial saat ini bukan hanya menjaga stabilitas ekonomi domestik, tetapi juga memanfaatkan peluang pasar yang tetap terbuka, terutama untuk komoditas ekspor unggulan seperti tekstil, garmen, alas kaki, furnitur, dan elektronik. Produk-produk ini tidak hanya dibutuhkan oleh pasar Amerika Serikat, tapi juga memiliki permintaan tinggi dari mitra dagang strategis lain seperti Uni Eropa dan Kanada.

"Jadi saya rasa sih perekonomian jalan terus, dunia usaha jalan terus. Dan yang paling penting ialah gimana kita bisa mulai mengirim, bahkan kalau bisa meningkatkan kapasitas untuk alas kaki, tekstil, garment, furniture, elektronik," lanjut Anindya.

Ia juga menyinggung proses ratifikasi perjanjian perdagangan dengan Uni Eropa yang memang memakan waktu, namun tetap menjanjikan peluang besar dalam jangka menengah. Sementara itu, Kanada sudah lebih dulu membuka pintu lewat penandatanganan kerja sama yang baru saja dilakukan. Hal ini menjadi sinyal pasar global tetap bisa digarap meskipun dinamika geopolitik dan fiskal masih terus bergulir.

"Karena hal yang sama itu yang dibutuhkan juga buat Uni Eropa walaupun ratifikasi makan waktu sekitar setahun, dan juga Kanada kemarin kita kan tanda tangan di sana," ujar Anindya.

Menyadari kondisi ekonomi global juga sedang berada dalam tekanan akibat perang, suku bunga tinggi, hingga ancaman resesi, Kadin mendorong agar pemerintah dan pelaku usaha bisa memanfaatkan likuiditas yang tersedia untuk memperluas kapasitas industri ekspor. Fokusnya adalah pada sektor-sektor yang bisa memberi dampak langsung terhadap penciptaan lapangan kerja.

"Jadi fokus kita ialah bagaimana bisa menggunakan likuiditas yang ada untuk meningkatkan kapasitas, untuk fokus kepada industri yang berbasis ekspor. Dan mudah-mudahan Amerika nggak terlalu terpengaruh," tutupnya.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Anindya Sebut Banyak Perusahaan AS Bidik 2 Proyek Unggulan Prabowo Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular