
Harga Daging Ayam Naik, Peternak Blak-blakan Lega Tak Lagi Jual Rugi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga ayam di tingkat peternak kini mulai mengalami kenaikan setelah sempat membuat peternak merugi dalam beberapa bulan terakhir. Kenaikan harga ini disebut terjadi karena adanya peningkatan permintaan serta naiknya biaya pokok produksi.
Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) Sugeng Wahyudi menyebut harga ayam pedaging di kandang saat ini sudah berada di level Rp23.000 per kilogram (kg).
"Betul harga di kandang saat ini naik. Saat ini harga di kandang Rp23.000 per kg," ujar Sugeng kepada CNBC Indonesia, Rabu (10/9/2025).
Ia menjelaskan, kenaikan harga ini dipengaruhi oleh meningkatnya kebutuhan daging ayam di masyarakat. "Demand saat ini memang mengalami kenaikan. Keperluan daging ayam meningkat, karena warga ada hajatan, perayaan Maulid Nabi dan kemungkinan untuk makan bergizi gratis," jelasnya.
Di sisi lain, biaya pokok produksi ayam juga naik. Sugeng menyebut harga anak ayam (DOC) yang semula Rp6.000 per ekor kini naik menjadi Rp7.000 per ekor.
"Modal ayam di kandang saat ini Rp21.500 per kg, itu karena harga anak ayam naik. Ada kenaikan yang menyebabkan biaya pokok produksi naik," kata dia.
Sugeng menegaskan, hingga Juli lalu peternak masih harus menjual rugi karena harga ayam terlalu rendah. Namun sepekan terakhir, harga mulai membaik.
"Seminggu terakhir ini baru ada perbaikan harga dan peternak untung. Peternak terlalu lama merugi, terpaksa jual rugi. Kenaikan harga saat ini penyesuaian dari yang seharusnya. Dari sisi input dan kondisi usaha peternak sebenarnya ini harga kewajaran," ucap Sugeng.
Harga Ideal
Senada, Ketua Komunitas Peternak Unggas Nasional (KPUN) Alvino Antonio menilai harga ayam di kisaran Rp21.000 per kg di tingkat peternak saat ini sudah sesuai. Menurutnya, harga tersebut sejalan dengan biaya pokok produksi sekitar Rp19.000 per kg ditambah margin keuntungan 5-10%.
"Sebetulnya ada kenaikan tidak. Karena yang benarnya harga itu di antara Rp21.000-Rp23.000 per kg, itu yang benarnya. Karena HPP (harga pokok produksi) peternakan mandiri itu ada di angka sekitar Rp19.000 per kg. Ditambah keuntungan 5-10%, kurang lebih di Rp21.000 per kg minimal. Jadi sebenarnya harga yang ideal itu ya harga hari ini," jelas Alvino saat dihubungi terpisah.
Lebih lanjut, ia turut menyinggung soal isu kenaikan harga pakan akibat mahalnya jagung, yang menjadi bahan baku utama.
"Ada isu mau naik harga pakan, karena kan jagung ini sekarang mahal. HAP jagung itu kan Peraturan Badan Pangan sudah menetapkan Rp5.500 per kg. Tapi kenyataannya kemarin sempat menyentuh Rp6.900-Rp7.000. Per kemarin itu harga jagung masih di atas Rp6.000 (per kg)," katanya.
Namun Alvino menambahkan, Kementerian Pertanian sudah meminta produsen pakan untuk tidak menaikkan harga. "Jadi mereka dilarang untuk menaikkan harga pakan," tegasnya.
Dengan kondisi harga ayam hidup di kandang Rp21.000-Rp23.000 per kg, peternak dinilai sudah bisa mendapatkan keuntungan wajar tanpa memberatkan konsumen.
"Harga Rp21.000-Rp23.000 itu udah pas, di situ peternaknya happy, untung, pabrik pakannya untung, pabrik bibitnya untung. Di konsumen pun juga harganya wajar, nggak ketinggian. Termasuk juga di tengkulak dan pengepul ada untung juga. Itu yang idealnya begitu harganya," tutur dia.
Harga Daging Ayam di Pasar Jakarta
Sementara itu, harga daging ayam di pasar tradisional Jakarta kian meroket. Hasil pemantauan di Pasar Rumput, Jakarta Selatan, Rabu (10/9/2025) pagi, sejumlah pedagang menaikkan harga hingga menyentuh Rp60.000 per ekor untuk ukuran 1,5 kilogram (kg). Lonjakan harga yang sudah terjadi hampir sebulan terakhir ini mulai dikeluhkan pedagang maupun pembeli.
Andi, pedagang daging ayam di Pasar Rumput, mengaku kenaikan harga sangat terasa. "(Harga) naik, hari ini Rp45.000 seekor yang ukuran 1 kg. Sebelumnya kan Rp40.000 seekor. Kalau yang 1,5 kg itu ayam hidupnya kan 2 kg, harganya sudah jadi karkas jadi Rp60.000-an. Sebelumnya (kalau normal) Rp45.000 bisa yang ukuran 1,5. Jauh emang naiknya, sudah beda Rp15.000 kan naiknya," ungkap Andi saat ditemui di lokasi.
Ia menambahkan, tren kenaikan berlangsung bertahap hampir sebulan terakhir. "Sudah hampir sebulan naiknya. Naiknya Rp2.000, Rp2.000 gitu. Nih bandarnya baru bikin status lagi, katanya naik banyak harga hari ini. Ini bandar di rumah potong," katanya.
Pedagang lain, Jepri, juga merasakan hal serupa. "Naik, sudah agak lama naik. Ini tukang pecel ayam sudah banyak yang teriak," katanya.
Menurutnya, kenaikan harga bervariasi antara Rp5.000-Rp15.000 tergantung ukuran. "Ya bisa Rp5.000-Rp15.000, tergantung belinya yang gimana," terang dia.
Untuk hari ini, Jepri menjual ayam ukuran 1,3 kg seharga Rp50.000, ukuran 1,1 kg Rp45.000, dan ukuran 1,5 kg Rp58.000 per ekor.
Tak hanya pedagang, pelaku usaha kuliner pun ikut terkena imbas. Yeni, pedagang pecel ayam, mengaku terpaksa menyiasati mahalnya harga dengan memperkecil porsi potongan ayam.
"Wah iya, (kenaikan harga daging ayam) itu berasa banget. Karena kan nggak mungkin saya naikin harga jual saya, paling saya potong agak kecil ayamnya. Nggak tahu tuh kenapa jadi mahal, padahal sebelumnya ayam lumayan stabil ya," tutur Yeni.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tragis Nasib Peternak Ayam RI: Harga Anjlok-Rugi Miliaran Gegara Ini
