Pedagang Tolak Jual Beras SPHP, Ungkap Harga Beras Mulai Turun

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
10 September 2025 12:20
Pantauan stok beras SPHP di Pasar Rumput, Jakarta Selatan, Rabu (10/9/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Foto: Pantauan stok beras SPHP di Pasar Rumput, Jakarta Selatan, Rabu (10/9/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hasil pemantauan di Pasar Rumput, Jakarta Selatan, Rabu (10/9/2025) pagi, tidak terlihat satu pun karung beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) terpajang di kios-kios pedagang. Hampir seluruh lapak hanya menjual beras curah maupun kemasan premium biasa, tanpa jejak beras subsidi dari Perum Bulog itu.

Sejumlah pedagang kompak mengaku menolak menjual beras SPHP karena aturan distribusi yang dianggap ribet.

Seorang pedagang beras yang ditemui CNBC Indonesia, Yanto, mengatakan sejak awal sudah ditawari untuk menjual beras SPHP. Namun ia dan pedagang lain memilih menolak.

"Kemarin ditawarin sudah, cuma kita di sini kompak nggak jual. Soalnya peraturannya ribet, pakai aplikasi, setiap ada yang beli harus foto. Ribet," ujar Yanto saat ditemui di lokasi.

Ia menambahkan, sampai saat ini pun belum ada petugas Bulog yang ditempatkan di pasar untuk membantu pemesanan maupun distribusi. "Belum, belum. Soalnya melihat peraturannya kayak begitu, nggak ada yang mau," tegasnya.

Menurut Yanto, aturan lain yang memberatkan adalah larangan menjual beras SPHP secara eceran. "Beras (SPHP) yang dari Bulog itu nggak bisa diketeng, harus yang kemasan 5 kg itu. Tapi kan orang kadang jajal dulu, dicoba dulu, bagus nggak, kalau bagus baru beli lagi. Kan begitu," kata dia.

Ia menegaskan, keluhan dan alasan utama pedagang enggan menjual beras SPHP lantaran adanya aturan pemesanan dan input data melalui Klik SPHP, serta adanya larangan menjual secara eceran.

"Iya, berasnya nggak bisa dibuka, nggak bisa diketeng, harus 5 kg itu. Kita maunya jual yadah curah saja biar kita jual aprakin (dibuka) di lapak. Sama itu harus lewat aplikasi, kita harus foto kirim, foto kirim, ribet. Kalau begitu kan jadi gimana ya, ribet lah," ujar Yanto.

Meski begitu, pihak Bulog disebutnya tetap pernah hadir langsung menawarkan skema harga untuk pembelian dan penjualan SPHP di pasar tersebut.

"Kalau dia bilang sih, kalau untuk kemasan itu Rp12.000 ya per kg. Jadi sekarungnya Rp60.000 (per 5 kg). Tapi itu kalau diambil sendiri ke gudangnya. Kalau dikirim ada biaya lagi tambah Rp500 per kg, jadi Rp62.500 (per kemasan 5 kg). Cuma, kalau mau dikirim pemesanan minimal harus 2 ton," jelasnya.

Adapun untuk harga beras premium maupun medium di pasar saat ini, Yanto menyebut sudah mulai turun. "Sekarang kalau beras premium, yang kemarin saya belanja sih, sekitar di angka Rp14.500-Rp15.000 per kg. Kalau yang mediumnya, kemarin di sekitaran angka Rp13.000-Rp13.800 per kg. Sekarang sudah mulai melandai sih, sudah agak turun, nggak heboh kayak kemarin," katanya.

Senada, Rahmat, pedagang beras lainnya, juga mengaku dirinya telah menolak menjual SPHP. "Nggak ada, SPHP kosong, saya nggak jual," katanya.

Alasannya pun sama, yakni karena aturan yang dianggap menyulitkan dan tidak sesuai dengan kebiasaan konsumen pasar tradisional. "Ribet lah, dia harus jual sekarung, pelanggan jarang ada yang mau," ucap Rahmat.

Harga Beras Turun

Kendati demikian, Rahmat mengakui penurunan harga beras medium dan premium yang terjadi saat ini bersamaan dengan sudah mulai maraknya beras SPHP yang ditawarkan Bulog kepada pedagang.

"Sudah mulai turun ya (harga beras). Ya emang sih mulai turun pas SPHP mulai ditawar-tawarin. Tapi persyaratannya ribet, kita di sini nggak ada yang mau ambil," tuturnya.

Menurut Rahmat, harga medium kini berada di kisaran Rp13.000-Rp14.000 per kg, sedangkan premium sekitar Rp14.500-Rp15.000 per kg.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pedagang Beras Cipinang Teriak, Minta Pemerintah Keluarkan Beras Impor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular