
Menteri LH Blak-blakan Sumber Polusi Jakarta, Ternyata Ini Pemicunya

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq membeberkan penyebab utama buruknya kualitas udara di Jakarta. Tidak lain, sumber polusi Jakarta disumbang dari sektor transportasi sekitar 32% hingga 41%.
Kualitas udara di Jakarta bisa makin parah pada musim kemarau, sumbangan polusi dari sektor transportasi bisa semakin meningkat hingga 57%.
Hanif mengatakan hampir mustahil Jakarta bisa memiliki kualitas udara yang baik, kecuali jika benar diupayakan secara sungguh-sungguh. "Intinya udara yang tidak sehat di Jakarta, sudahlah kita renungkan saja. Melaksanakannya hampir-hampir mustahil kita perbaiki kualitas udara sehat di Jakarta, kecuali kita mampu berkeringat, kita bersedia berkeringat untuk itu," katanya dalam acara MINDialogue: Korporasi Hebat, Alam Selamat, dikutip Selasa (2/9/2025).
Tidak hanya Jakarta, pihaknya juga mencatat wilayah lain dengan tingkat kualitas udara buruk juga terjadi di wilayah Bekasi, Tangerang Selatan, hingga Bogor.
Tingginya tingkat polusi yang disumbang dari transportasi karena pemakaian Bahan Bakar Minyak (BBM) yang kandungan sulfurnya masih sangat tinggi. Hanif menilai, BBM di Indonesia jauh dari standar ramah lingkungan.
"Dari udara yang tidak sehat di Jakarta, maka kontribusi utamanya ada di bahan bakar minyak kita. Hampir 90% BBM kita memiliki kandungan sulfur di atas 1.500 ppm. Padahal Euro V hanya membolehkan 50 ppm," ungkapnya.
Menurut analisanya, hanya sedikit jenis BBM yang memenuhi standar rendah emisi, seperti Pertamina Dex, Pertamax Turbo, dan Pertamina RON 95. Namun jumlah pengguna BBM rendah sulfur tersebut masih sangat minim di dalam negeri.
Lebih lanjut, Hanif juga menyinggung perihal sistem subsidi energi yang dinilai kontraproduktif terhadap pengembangan energi terbarukan.
"Kenapa renewable energy itu nggak jalan-jalan? Karena banyaknya subsidi kita berikan untuk BBM yang kemudian tidak ramah lingkungan. Padahal uang itu bisa kita gunakan untuk membangun renewable energy," tandasnya.
Berdasarkan paparan Hanif, penanganan kualitas udara Jakarta dari sektor transportasi bisa dilakukan dengan peningkatan kualitas BBM seiring dengan pengembangan teknologi kendaraan ramah lingkungan.
Pihaknya juga akan melakukan pengetatan uji emisi dari transportasi hingga pemberian sanksi. Selain itu, pihaknya akan memprioritaskan insentif untuk implementasi peningkatan jumlah kendaraan listrik.
Adapun, peningkatan manajemen transportasi dan Mass Rapid Transportation (MRT) hingga non motorized transportation akan diutamakan dalam negeri.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cuma ada 1.100, Menteri LH Ungkap Minimnya Pengawas Lingkungan di RI
