Mengungkap Kontribusi Industri Kesehatan pada Pertumbuhan Ekonomi RI

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
14 August 2025 13:45
Health Summit 2025
Foto: Health Summit 2025

Jakarta, CNBC Indonesia - CNBC Indonesia sukses menggelar Health Summit 2025 dengan tema "Transformasi Sektor Kesehatan Mendukung Pertumbuhan Ekonomi 8%". Acara yang diselenggarakan pada Rabu (13/8) di 25hours Hotel Jakarta ini menghadirkan tokoh-tokoh penting di bidang kesehatan.

Health Summit 2025 membahas strategi peningkatan daya saing sektor kesehatan, dari sisi penelitian obat-obatan, pencegahan stunting, kemandirian farmasi, potensi investasi, hingga besarnya belanja kesehatan di tanah air. Dalam acara tersebut, para pemangku kepentingan menganalisis secara mendalam proyeksi sektor kesehatan sebagai salah satu penggerak perekonomian, sehingga bisa mencapai target 8%.

Dalam pidato pembukanya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan kontribusi sektor kesehatan untuk mengerek pertumbuhan ekonomi 8%, dilakukan melalui transformasi dan pembangunan sistem ketahanan kesehatan. Dia juga mendorong sektor kesehatan bisa terus berkembang, dengan menggandeng swasta. Dengan begitu, industri kesehatan pun bisa berkembang dan memberikan nilai tambah pada ekonomi dan akhirnya berkontribusi mengerek target pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB).

 

Besarnya potensi sektor kesehatan tercermin dari belanja kesehatan di Indonesia yang mencapai sekitar Rp 641 triliun atau US$ 40 miliar pada 2023. Artinya masih banyak potensi yang bisa digarap oleh pelaku industri di tanah air.

Dalam kesempatan ini, Direktur Utama PT Medela Potentia Tbk (MDLA) Krestijanto Pandji menegaskan selain perannya pada perekonomian, salah satu poin terpenting dalam industri kesehatan adalah ketersediaan dan keterjangkauan dari layanan dan obat-obatan. Setiap produk kesehatan menurutnya harus mudah dijangkau oleh masyarakat di seluruh daerah.

"Jangan sampai ada di Jakarta tapi tidak ada di Gorontalo. Karena itu kami ada cabang dari Aceh hingga Papua, untuk memberikan pelayanan terbaik pada Rumah Sakit dan Apotek," ujarnya dalam CNBC Indonesia Health Summit 2025, Rabu (13/8/2025).

Krestijanto mengatakan tantangan distribusi produk farmasi di Indonesia berbeda dengan negara lainnya, sehingga dibutuhkan inovasi tersendiri. Untuk Indonesia menurutnya penting memiliki jaringan cold chain yang baik, sesuai dengan ketentuan WHO.

"Kami menjamin semua sudah dengan standar WHO dalam distribusi obat," kata dia.

Sementara itu, Direktur Utama AstraZeneca Indonesia, Esra Erkomay menyebut saat ini pihaknya mendorong pemerataan kesehatan di Indonesia dengan membawa obat-obatan inovatif secepat mungkin ke tanah air. Untuk itu, dibutuhkan kolaborasi dengan stakeholder terkait untuk memastikan inovasi ini sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia.

AstraZeneca juga melakukan studi terkait efektivitas biaya obat-obatan agar sesuai dengan regulasi yang ada. Dengan begitu, obat-obatan tersebut bisa memberikan hasil yang lebih baik dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia.

"Kami percaya bahwa orang yang lebih sehat berarti ekonominya yang lebih sehat, yang juga akan mendorong pertumbuhan Indonesia," tandas dia.

Adapun investasi dalam pemerataan kesehatan di Indonesia memerlukan dukungan pemerintah. Hal ini diungkapkan oleh Corporate and Government Relation Manager DKT Indonesia, Basuki Dwi Harjanto. Dia menegaskan industri kesehatan membutuhkan dukungan kepastian regulasi dan ketersediaan anggaran.

"Kami di DKT Indonesia siap untuk investasi di Indonesia, apalagi pasar yang bisa digarap bisa menjangkau ke ASEAN dan Timur Tengah. Tapi kami butuh dukungan dari pemerintah," ungkap Basuki.

Dia menegaskan industri penyedia layanan kesehatan memiliki peluang yang besar di tanah air, terutama dengan tingginya angka impor produk kesehatan. Selain Indonesia, pasar ASEAN dan Timur Tengah juga memiliki potensi besar untuk dilirik.

Sebagai informasi, Health Summit 2025 ini didukung AstraZeneca Indonesia, PT Medela Potentia Tbk, DKT Indonesia, 25hours Hotel Jakarta The Oddbird, the Playground of Possibilities, The Paradise of Paradoxes.

 


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Dukung TKDN, Produsen Alkes Masih Terkendala Bahan Baku

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular