Bos Alkes Teriak, Pembayaran dari RS Tersendat-Rantai Pasok Terancam

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
29 July 2025 15:55
Rapimnas HIPLEKI 2025, Selasa (29/7/2025). (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)
Foto: Rapimnas HIPLEKI 2025, Selasa (29/7/2025). (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku usaha alat kesehatan (alkes) tengah menghadapi situasi sulit dengan banyaknya pembayaran dari rumah sakit yang terhambat.

Ketua Umum Himpunan Pengembangan Ekosistem Alat Kesehatan Indonesia (HIPELKI) Randy H Teguh mengungkapkan, situasi ini bukan hanya berlangsung di tahun 2025 ini, tapi sudah sejak tahun-tahun sebelumnya.

"Saat ini, banyak distributor yang sudah tidak dapat menarik pembayaran atas produk yang dijual pada tahun 2024 dan tahun-tahun sebelumnya, dengan alasan harus dilakukan bahwa Rumah Sakit harus diaudit terlebih dahulu sebelum dapat membayar," katanya dalam Rapimnas HIPELKI di Jakarta, Selasa (29/7/2025).

Kondisi itu membuat pelaku usaha alkes kesulitan, banyak yang tidak bisa memutar modalnya, taruhannya perusahaan terancam kolaps.

"Akibatnya, distributor kehabisan modal dan tidak dapat membayar atau membeli dari produsen. Tentu saja hal ini menyebabkan tersendatnya pergerakan rantai pasok alkes dan pada akhirnya menyebabkan matinya seluruh ekosistem alkes," ujar Randy.

Masalah kritis pada ekosistem hilir ini telah mempengaruhi pergerakan bagian-bagian ekosistem lainnya. Peneliti tidak mendapat insentif untuk terus mengembangkan penelitiannya dalam bidang alkes.

Selain itu produsen komponen dan bahan baku kesulitan untuk mencapai nilai kelayakan minimum untuk berproduksi, ekosistem pendukung seperti laboratorium tidak mendapat insentif untuk mengembangkan layanannya dan investor dalam dan luar negeri tidak berminat untuk berinvestasi dalam bidang industri alkes.

"Kita masih memiliki banyak kekurangan di dalam pembangunan ekosistem alkes, karena ekosistem hilir (produsen dan distributor) mengalami berbagai guncangan, seperti sistem pengadaan terpusat yang tidak memberikan kesempatan kepada distributor daerah untuk berperan, tekanan pada harga jual alkes yang menyebabkan produsen dan distributor tidak memiliki margin yang memadai serta tidak mampu memberikan nilai tambah dengan membawa teknologi terkini, serta sistem pembayaran yang tersendat-sendat," ujar Randy.

Perkembangan ekosistem alat kesehatan tengah stagnan, hal itu sehubungan dengan banyaknya masalah yang terjadi di setiap titik ekosistem serta tekanan faktor eksternal.

Sumberdaya pemerintah juga hampir tidak ada yang tersisa untuk difokuskan kepada pembangunan ketahanan kesehatan, meskipun kegiatan layanan kesehatan rutin seperti Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) masih tetap mendapatkan prioritas

"Pembangunan ketahanan kesehatan jauh melebihi layanan kesehatan rutin, karena hal ini harus didukung oleh pembangunan infrastruktur industri obat, alkes dan industri layanan kesehatan yang paripurna dan saling mendukung, sehingga akan memiliki dampak jangka panjang. Bukan sekadar program rutin yang tidak memiliki dampak jangka panjang," sebut Randy.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pedagang Obat di Pasar Pramuka Curhat Satu per Satu Pelanggan Hilang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular