Orang RI Masih Bisa Makan, Wajar Ekonomi Bisa Tumbuh 5,12%
Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih mampu tumbuh 5,12% yoy pada kuartal II-2025 di tengah besarnya gelombang PHK masih menunjukkan besarnya ketergantungan aktivitas perekonomian terhadap konsumsi rumah tangga.
Direktur Program dan Kebijakan Prasasti Center for Policy Studies Piter Abdullah mengungkapkan kondisi ini terjadi karena besarnya kelas masyarakat Indonesia yang porsi belanjanya hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti untuk bahan pokok. Kelas ini tergolong ke dalam kelas menengah bawah.
Gaya konsumsi kelas bawah ini ia sebut tidak elastis terhadap kondisi makro ekonomi karena mayoritas ditopang oleh bantuan sosial atau bansos untuk konsumsi kebutuhan dasarnya.
"Nah, di kelompok menengah bawah dan kelompok bawah ini kan yang mayoritas. Jadi, intinya adalah ketika konsumsi itu menyangkut konsumsi barang pokok, kebutuhan yang paling utamanya, kebutuhan pokok, itu umumnya itu biasanya tidak elastis," kata Piter di Jakarta, Selasa (12/8/2025).
"Bahasa sederhananya even ketika perang, kita kan masih konsumsi, kita masih makan, kita masih minum. Apalagi hanya sekedar perlambatan," tegasnya.
Selain itu, ia mengingatkan, golongan kelas atas sebetulnya juga masih menopang konsumsi domestik, karena daya belinya yang teramat kuat.
Merujuk pada data Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia,dari total porsi pertumbuhan konsumsi rumah tangga per kuartal II-2024 yang sebesar 4,93%, mayoritas didominasi konsumsi kelas atas sebesar 2,30%, sisanya kelas menengah 1,74% dan kelas bawah 0,89%.
Adapun golongan kelas menengah, yang kini menjadi rentan PHK, menurut Piter daya belinya sebetulnya masih terjaga. Sebab, ketika mereka terkena PHK, masih mampu mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan dasar dengan memanfaatkan perkembangan ekonomi digital, seperti menjadi gig worker atau pedagang online.
"Makanya digital itu juga salah satu yang membantu. Karena ketika perekonomian melambat, banyak PHK, tapi di sisi lain, ekonomi digital kita bisa menjadi tempat sandaran. Mereka tetap bisa bekerja, karena PHK dia bisa jadi supir ojek, karena PHK dia bisa menjadi jualan di TikTok dan sebagainya, sehingga dia masih bisa mendapatkan penghasilan. Dengan penghasilan itu, dia masih bisa tetap konsumsi, konsumsi yang konsumsi dasar," ungkap Piter.
Hal inilah yang menurutnya bisa menjadi penjelas kenapa dalam data Badan Pusat Statistik (BPS) konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2025 yang menyumbang 54,25% terhadap PDB masih mampu tumbuh 4,97% yoy, atau naik dari laju pertumbuhan kuartal I-2025 yang sebesar 4,95%, demikian juga dibanding kuartal II-2024 sebesar 4,93%.
"Makanya kalau ekonom mengatakan itu adalah pertumbuhan 5%, itu adalah pertumbuhan yang kita enggak ngapa-ngapain pun ekonominya tumbuh 5%. Kenapa? Karena disupport sama konsumsi, tanpa ngapain-ngapain pun karena memang konsumsi itu adalah sesuatu yang nature, pasti kita lakukan," tutur Piter.
(arj/mij)