
Heboh Data Ekonomi BPS Diragukan, Anak Buah Airlangga Buka Suara

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 tercatat sebesar 5,12% menjadi sorotan, hingga menimbulkan pertanyaan berbagai pihak. Sebab, capaian pertumbuhan itu terjadi di tengah gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) marak terjadi di berbagai sektor.
Banyak ekonom yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan mencapai 4,7-4,8%. Mereka juga meragukan perhitungan data konsumsi rumah tangga yang dinilai cukup tinggi mencapai 4,97% pada kuartal II-2025. Angka pertumbuhan konsumsi ini lebih rendah dari kuartal I-2025 yang bertepatan dengan momen Lebaran.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso menegaskan, capaian ini bukan tanpa dasar, melainkan hasil penghitungan dengan metodologi resmi yang dijalankan Badan Pusat Statistik (BPS).
"Semuanya ada metodologinya. Dan itu sudah bisa dijelaskan semuanya oleh teman-teman BPS. Kenapa konsumsinya tinggi, kenapa PMTB (Pembentukan Modal Tetap Bruto) investasi tinggi," ujar Susiwijono saat ditemui usai acara pembukaan Indonesia Shopping Festival (ISF) di Lippo Mall Nusantara, Jakarta, Kamis (14/8/2025).
Ia menjelaskan, baik Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berhasil tumbuh dua digit. Berdasarkan data BPS, realisasi PMA dan PMDN pada periode tersebut naik 11,51%.
"Pak Rosan kan balik-balik menyampaikan. Investasi PMA, PMDN double digit. Impor barang modal naiknya double digit. Barang modal belanja pemerintah juga naik tinggi. Ya pasti PMTB-nya tinggi," katanya.
Adapun pendorong terbesar pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2025, lanjut dia, berasal dari konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,97%, lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 4,93%. Menurutnya, pemerintah berperan aktif menjaga konsumsi melalui berbagai stimulus yang diberikan setiap kuartal, baik dari sisi permintaan maupun penawaran.
Dari sisi permintaan, misalnya, pemerintah menyalurkan bantuan sosial, bantuan subsidi upah, hingga gaji ke-13 untuk menjaga daya beli.
"Sehingga kita kasih yang namanya diskon transportasi tiket pesawat, kereta, pelabuhan laut, diskon tarif tol, dan semua diskon yang lain. Sehingga baik di sisi demand maupun supply, pemerintah ingin meyakinkan. utamanya meyakinkan bagaimana mendorong konsumsi melalui menjaga daya beli tadi," jelasnya.
"Jadi itulah kira-kira rahasia program pemerintah menjaga pertumbuhan ekonomi, sehingga kemarin kita bisa tumbuh di 5,12%," pungkas Susiwijono.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Penyebab Konsumsi Rumah Tangga RI Tumbuh Melambat
