
Jelang Pertemuan Trump & Putin, Eropa & Ukraina Tekan AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Para pejabat Eropa dilaporkan telah menyampaikan proposal perdamaian Ukraina mereka sendiri kepada Amerika Serikat kemarin, Sabtu (9/8/2025)
Proposal ini disampaikan jelang perundingan Presiden Donald Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengakhiri perang.
Trump mengumumkan pada hari Jumat bahwa ia akan bertemu Putin di Alaska pada tanggal 15 Agustus mendatang. Dia juga mengatakan bahwa para pihak, termasuk Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, hampir mencapai kesepakatan yang dapat menyelesaikan konflik tiga setengah tahun tersebut.
Rincian kesepakatan potensial tersebut belum diumumkan, tetapi Trump mengatakan bahwa kesepakatan tersebut akan melibatkan "beberapa pertukaran wilayah untuk keuntungan keduanya".
Kesepakatan tersebut dapat mengharuskan Ukraina untuk menyerahkan sebagian besar wilayahnya - sebuah hasil yang menurut Kyiv dan sekutu-sekutu Eropanya hanya akan mendorong agresi Rusia.
Wakil Presiden AS JD Vance bertemu dengan sekutu-sekutu Ukraina dan Eropa di Inggris pada hari Sabtu lalu untuk membahas dorongan Trump untuk perdamaian.
Dikutip dari The Wall Street Journal, para pejabat Eropa diketahui telah mengajukan proposal balasan, yang mencakup tuntutan agar gencatan senjata terjadi sebelum langkah-langkah lain diambil dan bahwa setiap pertukaran wilayah harus bersifat timbal balik, disertai dengan jaminan keamanan yang tegas.
"Anda tidak dapat memulai suatu proses dengan menyerahkan wilayah di tengah pertempuran," ungkap seorang negosiator Eropa. Sayangnya, dikutip dari Reuters, para pejabat Eropa tidak dapat mengonfirmasi laporan tersebut.
Zelensky mengatakan bahwa pertemuan tersebut konstruktif. "Semua argumen kami telah didengar," ujarnya dalam pidato malam harinya kepada rakyat Ukraina.
"Jalan menuju perdamaian bagi Ukraina harus ditentukan bersama dan hanya bersama Ukraina; ini adalah prinsip utama," ujarnya.
Sebelumnya, ia menolak konsesi teritorial apapun, dengan mengatakan: "Ukraina tidak akan menyerahkan tanah mereka kepada penjajah".
Presiden Prancis Emmanuel Macron juga mengatakan bahwa Ukraina harus berperan dalam setiap negosiasi.
"Masa depan Ukraina tidak dapat ditentukan tanpa rakyat Ukraina, yang telah memperjuangkan kebebasan dan keamanan mereka selama lebih dari tiga tahun," tulisnya di X setelah setelah panggilan telepon dengan Zelenskyy, Kanselir Jerman Friedrich Merz, dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer.
"Bangsa Eropa juga harus menjadi bagian dari solusi, karena keamanan mereka sendiri dipertaruhkan."
Moskow sebelumnya telah mengklaim empat wilayah Ukraina - Luhansk, Donetsk, Zaporizhzhia, dan Kherson - serta semenanjung Laut Hitam Krimea, yang dianeksasi pada tahun 2014.
Dikutip dari CNA, pasukan Rusia dikatakan tidak sepenuhnya menguasai seluruh wilayah di keempat wilayah tersebut dan Rusia telah menuntut agar Ukraina menarik pasukannya dari bagian-bagian di keempat wilayah tersebut yang masih mereka kuasai.
Ukraina mengatakan pasukannya masih memiliki pijakan kecil di wilayah Kursk Rusia setahun setelah pasukannya melintasi perbatasan untuk mencoba mendapatkan pengaruh dalam negosiasi apa pun. Rusia mengatakan telah mengusir pasukan Ukraina dari Kursk pada bulan April.
Tatiana Stanovaya, seorang peneliti senior di Carnegie Russia Eurasia Center, menggambarkan dorongan perdamaian saat ini sebagai upaya pertama yang kurang lebih realistis untuk menghentikan perang.
"Pada saat yang sama, saya tetap sangat skeptis terhadap implementasi perjanjian, bahkan jika gencatan senjata dicapai untuk sementara waktu. Dan hampir tidak ada keraguan bahwa komitmen baru tersebut dapat menghancurkan Ukraina," katanya.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Good Bye Perang Rusia-Ukraina, Trump Berunding dengan Putin