
Utang Negara Kaya Eropa Ini Bengkak, Naik Rp 86,5 Juta per Detik

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri (PM) Prancis Francois Bayrou memperingatkan publik soal lonjakan utang negara yang terus membengkak. Ia mengatakan utang Prancis tumbuh sebesar 5.000 euro atau sekitar Rp86,5 juta per detik dan menyerukan dukungan luas untuk rencana pemangkasan anggaran besar-besaran.
Dalam video yang diunggah ke YouTube pada Selasa, Bayrou menyebutkan bahwa total utang Prancis saat ini telah mencapai 3,4 triliun euro atau sekitar Rp58.820 triliun. Jika tidak ada tindakan tegas, ia memperkirakan pembayaran bunga utang bisa mencapai 100 miliar euro (Rp1.730 triliun) per tahun pada 2029.
"Utang kita sudah mencapai angka yang nyaris tak terbayangkan. Ini adalah bahaya mematikan," tegas Bayrou, seperti dikutip RT, dikutip Rabu (6/8/2025). "Kita harus bertindak sekarang, atau menghadapi krisis fiskal yang jauh lebih besar nanti."
Pemerintah Prancis sebelumnya telah meluncurkan program pemangkasan defisit sebesar 43,8 miliar euro (sekitar Rp757 triliun). Tujuannya adalah menurunkan defisit anggaran yang tahun lalu mencapai 5,8% dari Produk Domestik Bruto (PDB), hampir dua kali lipat batas maksimum yang ditetapkan Uni Eropa sebesar 3%.
Rencana pemangkasan anggaran itu mencakup penghapusan dua hari libur nasional untuk meningkatkan produktivitas, pemangkasan jumlah pegawai sektor publik, serta pembekuan pembayaran kesejahteraan dan pensiun yang biasanya disesuaikan dengan inflasi.
Namun, kebijakan ini memicu perlawanan politik. Partai-partai sayap kiri mengecam keras langkah tersebut. Jean-Luc Mélenchon, pemimpin partai sayap kiri La France Insoumise, menyebut rencana ini sebagai "ketidakadilan yang tidak bisa ditoleransi lagi" dan menuntut Bayrou mundur dari jabatannya.
Kritik semakin tajam setelah pemerintah mengumumkan kenaikan anggaran militer. Anggaran pertahanan Prancis akan meningkat menjadi 64 miliar euro (sekitar Rp1.107 triliun) pada 2027, dua kali lipat dari alokasi pada 2017. Presiden Emmanuel Macron juga telah menjanjikan tambahan 6,5 miliar euro (sekitar Rp112,45 triliun) selama dua tahun mendatang untuk memperkuat kesiapan militer menghadapi ancaman keamanan Eropa.
Tinjauan strategis yang diterbitkan pemerintah memperingatkan bahwa konflik besar dapat pecah pada 2030, dan menempatkan Rusia sebagai salah satu ancaman utama. Kremlin membantah tuduhan tersebut dan menuding NATO menggunakan Rusia sebagai alasan untuk meningkatkan belanja militer.
Bayrou saat ini menghadapi tekanan politik tinggi. Ia telah lolos dari delapan mosi tidak percaya, tetapi tetap membutuhkan dukungan parlemen untuk meloloskan proposal anggarannya sebelum pengajuan resmi pada Oktober mendatang. Partai National Rally dari kubu kanan juga telah menyatakan penolakan dan mendesak dilakukannya pemungutan suara ulang.
Sementara itu, popularitas Bayrou terus merosot. Survei Elabe yang dirilis 31 Juli menunjukkan bahwa hanya 12% rakyat Prancis yang masih mempercayainya. Ini merupakan angka terendah sejak ia menjabat pada Desember lalu.
(tfa/sef/tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dalam 2 Bulan, Pemerintah Tarik Utang Rp220,1 Triliun
