Mendag Kenalkan 'Senjata' Ampuh Ini agar Rojali-Rohana Belanja

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
07 August 2025 15:35
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso saat ditemui di kantor Kemendag, Jakarta, Kamis (31/7/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizki)
Foto: Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso saat ditemui di kantor Kemendag, Jakarta, Kamis (31/7/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena Rojali (rombongan jarang beli) dan Rohana (rombongan hanya nanya) yang kini marak di pusat perbelanjaan tak membuat pemerintah tinggal diam. Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menyebut strategi hybrid omnichannel sebagai solusi agar pedagang tetap bisa meraup transaksi meski pengunjung hanya datang untuk melihat-lihat.

"Sekarang ini karena lagi transformasi ya, antara online dan offline. Sebagian besar sudah belanja ke online, kemudian orang berdagang juga ke online," kata Budi dalam acara Kick-Off ASEAN Online Sale Day di Auditorium Kemendag, Jakarta, Kamis (7/8/2025).

Ia menjelaskan, pergeseran perilaku konsumen itu membuat toko fisik merasa terdesak. Namun, menurutnya, cara pandang tersebut bisa diatasi dengan menggabungkan kekuatan offline dan online, yang disebut hybrid omnichannel.

"Akhirnya, yang offline merasa terdesak. Tetapi kita ada solusinya yaitu dengan hybrid omnichannel," jelasnya.

Lantas apa itu Hybrid Omnichannel?

Hybrid omnichannel adalah pendekatan perdagangan yang mengintegrasikan seluruh saluran penjualan, baik online maupun offline, dalam satu sistem yang terhubung dan saling mendukung. Dalam sistem ini, konsumen bebas memilih apakah ingin melihat barang di toko fisik lalu membeli secara online, atau sebaliknya. Pengalaman berbelanja pun menjadi mulus dan konsisten di semua kanal.

"Kalau toko offline dia juga bisa menjual secara online. Ya karena ada konsumen melihat dulu baru beli secara online," terang Budi.

Dia juga menilai strategi ini efektif menangkap pola belanja konsumen saat ini yang kerap hanya 'melihat-lihat' dulu sebelum membeli barang di tempat lain, biasanya secara daring.

"Kadang-kadang kan dia melihat barang kan boleh saja. Kemudian apakah dia membeli lewat online atau offline ya monggo, itu perilaku konsumen dan itu kebebasan konsumen untuk memilih barang. Masalah belanjanya di mana ya silahkan," ujarnya.

Bahkan, lanjut Budi, saat ini berbagai platform e-commerce juga menawarkan fitur live shopping, sehingga semakin mendekatkan konsumen dengan produk secara real time.

"Kalau hanya melihat gambar mungkin kurang yakin ya, tapi kalau ada live seperti itu akhirnya konsumen lebih tahu 'oh gambaran produknya seperti itu'," kata dia.

UMKM Harus Siap Masuk Omnichannel

Lebih lanjut, Budi mendorong pelaku UMKM untuk beradaptasi dengan sistem hybrid omnichannel agar tidak tertinggal dalam persaingan. Menurutnya, e-commerce saat ini bukan hanya sekedar tempat jual-beli, tetapi juga ruang pembelajaran.

"E-commerce kan tidak hanya sekedar berjualan, atau tidak hanya sekedar mengambil barang dari UMKM untuk dijual, tapi juga mengajari bagaimana packaging yang bagus, produk yang bagus," ujarnya.

Ia meyakini, jika pelaku UMKM di desa maupun kota diberdayakan dan distandarisasi, maka mereka bisa menembus pasar global.

"Saya yakin produk-produk dari e-commerce, dari Shopee ini pasti banyakan dari UMKM juga. Nah itu UMKM yang tersebar di seluruh Indonesia kita berdayakan, kita standarisasikan, dan kita bisa pasarkan di beberapa negara melalui platform antara lain Shopee," pungkasnya.


(wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mal RI Diserbu 'Rojali & Rohana', Pengusaha Ungkap Hal Tak Terduga

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular