
Bahlil: Ada Negara yang Kampanye Hitam Sumber Daya Alam RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia membeberkan bahwa ada 'kampanye hitam' yang dilontarkan kepada Indonesia terkait dengan pengelolaan sumber daya alam. Kampanye tersebut menuding Indonesia tak mengedepankan aspek lingkungan dalam sumber daya alam.
"Sekalipun saya tahu sekarang persaingannya luar biasa, ada negara lain yang melakukan kampanye hitam terhadap pengelolaan sumber daya alam Indonesia, seolah-olah itu tidak ramah lingkungan," ujar Bahlil di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (5/8/2025).
Ia menilai hal itu sebagai persaingan bisnis antar negara yang harus dikaji dengan jeli. Mengingat, Indonesia saat ini tengah menggencarkan proyek hilirisasi sektor mineral termasuk nikel. "Karena menurut saya, ini harus kita kaji dan jeli. Ini menurut saya adalah salah satu persaingan bisnis antar negara," katanya.
Sebagaimana diketahui, Indonesia tercatat menyimpan hingga 43% cadangan nikel dunia. Dengan itu, bisa mendorong hilirisasi nikel menuju tingkat yang lebih jauh yakni menjadi baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV).
"Kita membuat regulasi yang luar biasa. Kita memberikan insentif, kita melarang ekspor ore nikel, kita harus menahan rayuan dari investor dan negara lain," tandasnya.
Masih berkaitan dengan kampanye hitam, sebelumnya Sekretaris Jenderal APNI Meidy Katrin Lengkey mengungkapkan Indonesia yang saat ini menguasai pasar nikel dunia kerap dituding dengan sebutan dirty nickel.
Padahal Jika dibandingkan dengan negara penghasil nikel lainnya, Indonesia justru dinilai lebih 'bersih' dalam memproduksi nikel.
"Nah, itu yang kita bingung, gitu, ya, bahwa negara lain, kalau saya bilang, mohon maaf, ya, kalau dari saya pribadi membandingkan proses pertambangan di negara luar dengan Indonesia, kayaknya mereka lebih dirty dari kita, proses pertambangan, ya," jelas Meidy kepada CNBC Indonesia dalam program Mining Zone, dikutip Senin (28/7/2025).
Lebih lanjut, jika melihat rekam jejak negara-negara yang sudah memproduksi nikel jauh sebelum Indonesia saat ini, dia menilai negara-negara tersebut bahkan lebih 'kotor' dan dinilai jangan sampai terjadi di Indonesia.
"Ada kekhawatiran mungkin buat mereka adalah apa yang terjadi kepada mereka jangan terjadi di Indonesia. Sehingga kita di-blame dengan berbagai macam isu, dengan berbagai macam blackmail bahwa kita, tuh, dirty nikel," katanya.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bahlil Blusukan ke SPBU Nelayan di Kalimantan, Begini Kondisinya
