
Arahan Prabowo! RI Bakal Bangun Pembangkit dari Matahari 100 Giga Watt

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan, Indonesia akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 100 Giga Watt (GW). Senada dengan arahan Presiden RI Prabowo Subianto, PLTS tersebut akan dibangun di desa-desa melalui Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih.
Bahlil mengatakan rencana proyek tersebut juga akan berimplikasi pada proyek baterai untuk mendukung ketahanan energi melalui energi baru terbarukan (EBT). Mengingat, energi surya hanya tersedia pada siang hari, dengan begitu baterai dibutuhkan sebagai penyimpan energi.
"Sekarang adalah arahan Bapak Presiden Prabowo, kita harus membangun listrik energi baru terbarukan dari tenaga matahari. Ke depan, akan kita bangun kurang lebih sekitar 100 GW," jelasnya di Jakarta, Selasa (5/8/2025).
Adapun, kebutuhan baterai untuk penyimpanan listrik berbasis EBT tersebut didorong berasal dari produksi dalam negeri. Tentunya akan membentuk pasar yang lebih besar dalam negeri.
"Dan ini akan mendorong untuk bagaimana kita ketersediaan listrik bagi Koperasi Merah Putih," tambahnya.
Secara bertahap, PLTS tersebut akan dibangun di desa-desa dan tersebar di seluruh Indonesia. Seiring dengan itu, pembangunan baterai untuk PLTS Kopdes Merah Putih juga akan dipenuhi.
"Saya kasih gambaran bahwa peluang di Indonesia itu cukup besar," tandasnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan atau Zulhas mengatakan pemerintah ingin membangun panel surya di 80.000 desa.
Hal ini salah satu visi-misi dari pemerintahan Presiden Prabowo Subianto mencapai swasembada energi. Tidak hanya itu, dengan energi terbarukan, Indonesia bisa mengurangi subsidi energi yang setiap tahunnya menelan US$ 25 miliar.
"Sedang kita kaji,di 80.000 desa yang nanti kita akan bangun 1 ha sampai 1,5 hektare solar panel berbasis desa, kecamatan, kabupaten. Jadi, punya energi yang mandiri," kata dia dalam Green Energy Impact di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, dilansir detikfinance, Kamis (24/7/2025).
Untuk pembangunan panel surya di 80.000 desa ini membutuhkan dana US$ 100 miliar atau Rp 1.627 triliun (kurs Rp 16.270). Angka itu setara subsidi energi selama empat tahun.
Meski biaya yang dikeluarkan untuk solar panel sangat tinggi, Zulhas meyakini setelah pembangunan itu, Indonesia bisa mengurangi subsidi energi.
"Memang diperlukan kira-kira US$ 100 miliar sudah dihitung.Artinya kalau US$ 100 miliar, 4 tahun subsidi, itu sudah bisa bayar. Berarti kita tahun ke-5, tahun ke-6, sudah nggak perlu subsidi lagi," terangnya.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kolaborasi PTPP Hadirkan PLTS dan Reverse Osmosis di Batam
