Ekonomi RI Kuartal II Berat, Pemerintah Siapkan Stimulus Agar Capai 5%

Arrijal Rachman , CNBC Indonesia
Senin, 04/08/2025 16:10 WIB
Foto: Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso memberikan sambutan dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2024 di Jakarta, Kamis (29/2/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah telah mengantisipasi tekanan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2025, yang menurut kalangan ekonom tak akan mampu mencapai pertumbuhan lebih tinggi dari kuartal I-2025 yang hanya tumbuh 4,87% yoy.

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengakui, laju pertumbuhan hingga kuartal II-2025 masih akan terbebani oleh berbagai ketidakpastian ekonomi global. Namun, ia enggan menyebut laju pertumbuhannya tak lebih tinggi dari kuartal I-2025.

"Karena memang situasi globalnya seperti ini, terus banyak hal kan tidak Indonesia saja semua negara juga (mengalami tekanan)," kata Susiwijono saat ditemui di kawasan Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (4/8/2025).


Meski begitu, Susiwijono memastikan, pemerintah akan bersikeras merealisasikan target pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini di level 5,2% yoy, dengan cara menggenjot roda ekonomi pada kuartal III maupun kuartal IV-2025.

"Full yearnya akan kita dorong betul supaya tetap di targetnya 5,2% untuk satu tahun. Kita masih ada kuartal III-IV, lah kita sudah siapkan banyak hal, karena kita masih yakin mudah-mudahan di kuartal III-IV bisa kita dorong," tegas Susiwijono.

Susiwijono menegaskan, pemerintah telah menyiapkan deretan insentif untuk mendorong daya beli masyarakat mulai semester II-2025.

Sebagaimana diketahui, stimulus itu mencakup penyediaan event nasional dan bundling paket wisata, pemberian insentif PPN-DTP untuk tiket pesawat, serta diskon tarif pada moda transportasi darat dan laut seperti kereta api, kapal laut, penyeberangan, dan jalan tol.

Meski begitu, belum ada detail terkait paket stimulus yang akan diberikan pada semester II-2025 ini karena baru akan diumumkan secara resmi pada September 2025,

"Tapi tidak hanya belanja pemerintah, kan kita tetap share paling besar kan konsumsi, jadi supply demand kan sudah kita siapkan semua. Jadi mulai dari sisi demand supply tiap kuartal kita dorong terus mudah-mudahan masih cukup lah dan globalnya ini mudah-mudahan mulai agak kondusif kan," tegas Susiwijono.

Sebagaimana diketahui, sejumlah ekonom telah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 akan lebih lambat dari kuartal I-2025.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) misalnya, memperkirakan ekonomi pada kuartal II-2025 hanya akan tumbuh di rentang 4,69-4,81% yoy.

"Artinya pertumbuhan Semester I diproyeksikan pada kisaran 4,8-4,85%. Indikator terkait belanja masyarakat sebagian besar menunjukkan perlambatan, sementara belanja pemerintah di April-Mei juga belum signifikan," ujar David.

Di sisi lain, kinerja sektor manufaktur kata David juga masih kontraksi dan harga beberapa komoditas (seperti batu bara) juga sangat lemah kalau dibandingkan tahun lalu.

Sementara itu, ekonom yang juga merupakan Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, pada kuartal II-2025 pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan berada pada kisaran 4,7%-4,8% yoy, disebabkan tekanan dari sisi konsumsi rumah tangga efek melemahnya daya beli masyarakat.

"Proyeksi kami memang di bawah pertumbuhan kuartal I, di kisaran 4,7-4,8%. Penyebab perlambatannya itu memang di konsumsi rumah tangga, di kisaran 4,75-4,85%," ucap Faisal kepada CNBC Indonesia, Senin (4/8/2025).

Faisal mengatakan, selain konsumsi rumah tangga yang kinerjanya kian buruk akibat daya beli masyarakat melemah, komponen lainnya pertumbuhan PDB seperti net ekspor juga masih belum banyak berkontribusi karena pada kuartal II-2025 surplus neraca perdagangan kian menyusut.

"Belanja pemerintah juga diperkirakan masih negatif, ini juga berpengaruh terhadap perlambatan. Mungkin yang sedikit lebih cepat adalah di investasi, yang kita perkirakan sudah di atas 3% dari yang kuartal I hanya tumbuh 2%," tegas Faisal.

Walaupun pemerintah sudah menggelontorkan berbagai stimulus melalui paket kebijakan ekonomi hingga kuartal II-2025, Faisal memperkirakan ekonomi RI tak akan tumbuh lebih kencang dari kuartal I-2025. Tak mengherankan, karena kuartal II-202 sudah sepi faktor musiman yang sebetulnya tak mampu mendorong lebih cepat pertumbuhan pada kuartal I.

"Jadi overall tetap lebih lambat dari Q1 walaupun ada stimulus paket kebijakan pemerintah untuk dorong konsumsi itu kan relatif sangat terbatas, dan diberikannya juga jelang akhir kuartal II, jadi artinya tidak banyak membantu pertumbuhan ekonomi dan konsumsi rumah tangga," tegasnya.

Pandangan serupa disampaikan oleh ekonom yang menjadi Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira. Ia turut menegaskan bahwa pertumbuhan kuartal II-2025 hanya akan di kisaran 4,5-4,7% yoy, karena tidak ada lagi pendorong musiman setelah lebaran.

"Dan daya beli sedang lesu, PMI Manufaktur juga terkontraksi, sementara lapangan kerja ekspektasi nya melemah. Bahkan sebagian industri tengah bersiap efisiensi besar besaran terimbas tarif AS dan lonjakan impor produk dari AS," tegas Bhima.

"Kita berada pada perfect storm, badai yang sempurna baik dari sisi eksternal dan internal. Kuartal ke III dan ke IV nampaknya bisa lebih berat," paparnya.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Berkat Tarif Trump, Kemenkeu Yakin Ekonomi RI Bisa Tumbuh 5%