
Alert! Bos Ritel Blak-blakan Pemasok Besar Tak Lagi Kirim Beras

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Solihin blak-blakan mengenai kondisi terbaru pasokan beras premium di ritel modern di tengah proses hukum penyelidikan dan penyidikan kasus beras oplosan serta tak sesuai mutu dan label kemasan. Ia menyebut service level atau tingkat keterpenuhan barang kini sudah anjlok jauh di bawah 60%.
"Sekarang lebih parah lagi ya (service level atau tingkat keterpenuhan barangnya), karena barang yang ada sudah kita enggak jual kan. Yang barang terindikasi, yang telah diumumkan ada pengoplosan itu kita tarik dari display, untuk ketenangan para anggota saya, (kami putuskan) untuk tidak men-display lagi produk tersebut," kata Solihin kepada CNBC Indonesia, dikutip Sabtu (3/8/2025).
Meski enggan menyebut angka pasti, ia menyebut service level kini berada jauh di bawah angka 60%, bahkan mungkin tidak ada setengahnya dari angka tersebut.
"Saya nggak bisa pastiin, tapi lebih parah ya. Jauh di bawah.. lebih di bawah 60% sih. Ya jauh lah, mungkin nggak ada setengahnya kali. Karena pemasok besarnya sudah kita nggak terima ngirim barang lagi, gimana mau masuk (ke display di ritel modern)," ucap dia.
Solihin menyebut keputusan ini diambil meskipun pemerintah tidak mewajibkan penarikan produk dari peredaran. Namun, menurutnya, kondisi di lapangan berbeda, sehingga ritel memilih mengambil langkah hati-hati.
"Ya... sesuai dengan yang diumumkan oleh pemerintah melalui pihak kepolisian. Imbauan memang ada permintaan untuk tidak menarik. Tetapi di lapangannya kan berbeda ya," ujarnya.
"Jadi kita peritel juga tidak mau mengambil risiko. Sehingga pendisplayan atas barang tersebut sudah kita tarik dari rak-rak, untuk tidak kita display. Dan dalam waktu dekat kita akan kembalikan kepada supplier," lanjutnya.
Akibat langkah ini, pasokan beras premium dari merek besar yang biasanya mendominasi pasokan ritel modern pun ikut terhenti. "Orang yang ada saja sudah kita tarik kok, bagaimana yang mau masuk," katanya.
Ia menegaskan tidak ada lagi pasokan beras dari pemasok besar yang telah terindikasi melakukan pengoplosan masuk ke gerai ritel modern. "Ya, yang beras itu kan, pemasok yang besar kan kelihatan. Nah yang pemasok besar saja sudah tidak kita display. Di display saja sudah tidak ada, apalagi masuk gitu. Yang ada paling yang merek kecil-kecil seperti itu," lanjutnya.
Namun, merek kecil pun menurutnya tidak akan bertahan lama. "Ya paling beberapa hari ke depan sudah tidak ada ya. Mudah-mudahan masyarakat tidak panik ya terhadap hal tersebut. Karena akan mempercepat kekosongan," imbuh dia.
Solihin berharap distribusi beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari pemerintah bisa segera masuk ke jaringan ritel. "Mudah-mudahan dalam waktu dekat SPHP bisa digelontorkan," harapnya.
Namun hingga saat ini, dia mengatakan, SPHP belum masuk ke anggota Aprindo. "Itu kan ada proses. Ini perlu waktu untuk sampai ke ritel, sampai didistribusikan kepada gerai-gerai," ungkapnya.
Ia menjelaskan waktu distribusi akan tergantung dari pengiriman Bulog ke gudang ritel, dan distribusi lanjutan ke gerai. "Nah kalau gudang kita di Surabaya, distribusinya ke NTT, ke NTT kan perlu waktu lagi," jelas Solihin.
Adapun untuk stok beras di gudang, ia menyebut tersedia dalam jumlah banyak. Namun, beras-beras tersebut merupakan beras yang ditarik dari rak display dan akan dikembalikan ke pemasok.
"Stok di gudang banyak sekali dan saya akan retur atau kembalikan barang tersebut. (Jadi) kita tarik ke gudang, nanti kita akan membicarakan dengan pemasok untuk kita lakukan pengembalian," tutup Solihin.
Seperti diketahui, Satgas Pangan Polri saat ini tengah menindaklanjuti hasil penyelidikan terkait dugaan praktik curang beras diklaim beras premium namun tak sesuai aturan berlaku. Polri telah menaikkan status jadi penyidikan, di mana penggeledahan dan pengumpulan barang bukti sedang dilakukan terus.
Satgas Pangan Polri mengonfirmasi laporan Kementan yang menyebut ada 212 merek beras tak sesuai aturan. Mulai dari pencampuran beras premium tak sesuai aturan komposisi hingga tidak sesuai takaran. Beras-beras tersebut diklaim premium tapi tak sesuai klaim pada label kemasan.
Satgas Pangan Polri telah menyita 201 ton beras berbagai merek, kemasan 5kg dan 2,5 kg, sebagai barang bukti. Dan, sambil proses berlanjut, Polri meminta pemilik merek-merek beras diduga curang atau tak sesuai klaim label agar menurunkan harga jualnya. Hal ini sebagai kompensasi karena beras-beras tersebut tidak akan ditarik dari peredaran.
Bareskrim Polri telah menetapkan 3 tersangka dari PT FS, termasuk direktur utama.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Produsen Beras Tiba-Tiba Minta Ritel Turunkan Harga Rp 1.000, Ada Apa?
