
Trump Makin Nekat Ancam Putin, Rusia Kian Terjepit di Perang Ukraina?

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali mengancam akan mengenakan tarif baru dan sanksi lainnya terhadap Rusia dalam waktu 10 hari, jika Moskow tidak menunjukkan kemajuan konkret untuk mengakhiri perang di Ukraina yang telah berlangsung lebih dari 3 tahun.
Pernyataan itu disampaikan Trump kepada wartawan pada Selasa (29/7/2025), sehari setelah ia memperpendek tenggat waktu awal selama 50 hari menjadi hanya 10 hingga 12 hari.
"Kami belum mendengar apapun dari Rusia," ujar Trump saat berbicara dari dalam pesawat kepresidenan Air Force One, seperti dikutip Reuters pada Rabu (30/7/2025).
Trump menegaskan bahwa ia tidak mengkhawatirkan dampak ekonomi dari sanksi terhadap Rusia, termasuk potensi kenaikan harga minyak global. Sebaliknya, ia berjanji untuk meningkatkan produksi minyak domestik AS guna mengimbangi potensi gejolak pasar.
"Saya tidak tahu apakah ini akan memengaruhi Rusia, karena (Presiden Vladimir Putin) jelas ingin melanjutkan perang," kata Trump. "Namun kami akan mengenakan tarif dan berbagai hal lainnya yang diperlukan."
Ancaman ini menandai perubahan nada dari Trump, yang sebelumnya kerap memuji hubungan baiknya dengan Presiden Putin. Kini, ia tampak semakin frustasi atas sikap Moskow yang menolak menyepakati gencatan senjata.
Dalam pernyataan di Skotlandia sehari sebelumnya, Trump juga memperingatkan akan menjatuhkan sanksi sekunder kepada negara-negara yang masih membeli minyak dari Rusia. Ini termasuk China, yang disebut dapat menghadapi tarif tinggi jika tetap melanjutkan transaksi energi dengan Moskow.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengonfirmasi hal tersebut. Ia mengatakan telah membahas sanksi sekunder dengan para pejabat China dalam pembicaraan bilateral awal pekan ini.
"Saya sampaikan bahwa melanjutkan pembelian minyak Rusia bisa berisiko. Beijing harus mempertimbangkan kembali," ujar Bessent kepada wartawan.
Merespons pernyataan Trump, mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev menyebut langkah itu sebagai "permainan ultimatum" yang bisa menyeret Amerika Serikat ke dalam perang langsung. "Ini bukan diplomasi. Ini provokasi," tulis Medvedev melalui akun X.
Sementara itu, Trump yang juga tengah berupaya mengakhiri konflik di Gaza, kembali mengangkat rekam jejak diplomatiknya, termasuk peran dalam meredakan ketegangan antara India dan Pakistan serta konflik di wilayah Afrika. Dalam kampanyenya menuju masa jabatan kedua, ia berulang kali menjanjikan penyelesaian cepat atas perang Rusia-Ukraina.
"Saya bisa hentikan perang ini dalam satu hari," klaim Trump dalam salah satu pidatonya belum lama ini.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rudal Rusia Hantam Jemaat Gereja Ukraina, 34 Tewas