
Staf Presiden Blak-blakan Soal Penyebab Deindustrialisasi RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Isu deindustrialisasi menjadi sorotan publik akhir-akhir ini. Deindustrialisasi dini biasanya tergambar dari makin minimnya porsi kontribusi sektor industri manufaktur terhadap pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB).
Mengutip catatan Badan Pusat Statistik (BPS), distribusi industri pengolahan atau manufaktur sebetulnya masih merosot terhadap PDB baru-baru ini.
Pada 2014, misalnya, distribusi industri pengolahan terhadap PDB angkanya masih 21,02%. Namun, pada 2019 tersisa 19,7%, dan pada 2023 kian merosot menjadi 18,67%. Namun, pada 2024 sedikit naik menjadi 19,13%.
PLT Deputi Kepala Staf Kepresidenan Bidang Ekonomi dan Pangan, Edy Priyono menjelaskan menurunnya kontribusi sektor industri terhadap PDB tidak serta merta menunjukkan kemunduran industri nasional.
Menurutnya, perlambatan sektor industri disebabkan oleh terakselerasinya sektor lain. Sehingga, kontribusi sektor industri terlihat lebih lambat dibandingkan sektor lain yang menyumbang PDB.
"Nah berarti ada sektor lain yang tumbuh lebih cepat, sehingga sektor industri tetap tumbuh, tetapi pertumbuhannya tidak setinggi sektor lain yang merupakan kontributor terhadap GDP," ujar Edy dalam acara CNBC Economic Update dikutip Selasa (8/6/2025).
Edy menjelaskan, saat ini Indonesia masih mengandalkan industri berbasis sumber daya alam. Maka dari itu, pemerintah memiliki pekerjaan rumah agar Indonesia tidak hanya fokus pada hilirisasi dasar. Tetapi, juga mengembangkan industri yang lain.
"Industri kita yang tumbuh positif itu mengandalkan industri yang berbasis sumber daya alam, ya itu menjadi PR kita juga ya, kita perlu mendalami, kita perlu di luar sektor itu juga kita perlu dorong," ujarnya.
Program hilirisasi yang selama ini digencarkan oleh pemerintah menurut Edy, belum cukup. Pemerintah juga perlu memperkuat industri manufaktur yang lebih maju dan memiliki nilai tambah tinggi.
"Hilirisasi tidak jelek ya, tapi kita masih perlu kerjakan yang lain, kita perlu perhatikan yang lain.
Penyerapan mungkin ya, penyerapan hasil hilirisasi itu yang paling banyak," ujarnya.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article LPEM UI: Deindustrialisasi Prematur Ancam Ekonomi RI
