Internasional

10 Update Perang Arab: Hizbullah Bobol Israel-Suriah Ikut Membara

Tommy Patrio Sorongan & Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Rabu, 09/10/2024 08:00 WIB
Foto: Infografis/ Bukti Kejahatan Israel: 40.000 Tewas dalam Setahun/ Ilham restu
Dafar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Eskalasi di Timur Tengah terus menerus memanas. Hal ini dipicu setelah perang antara Israel dan milisi Gaza Palestina Hamas pecah pada 7 Oktober tahun lalu hingga saat ini.

Perang tersebut memicu beberapa milisi, seperti Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman, terlibat langsung untuk memberikan bantuan kepada Hamas. Hal ini pun membuat Israel untuk ikut menyerang kedua kelompok itu.

Berikut perkembangan terbarunya sebagaimana dikutip dari beberapa sumber oleh CNBC Indonesia, Rabu (9/10/2024):


1. Hizbullah Bobol 'Jantung Maritim' Israel

Pertempuran masih terus terjadi antara Israel dan milisi Lebanon pro Iran, Hizbullah. Terbaru, rudal milisi tersebut berhasil menembus pertahanan Israel dan masuk menghantam kota pelabuhan tersibuk di Negeri Zionis itu, Haifa, Senin (7/10/2024).

Dalam sebuah keterangan, Hizbullah mengklaim pihaknya menargetkan pangkalan militer di selatan Haifa dengan rudal Fadi 1 dan melancarkan serangan lain di Tiberias, 65 km jauhnya. Tak lama, kemudian Hizbullah mengatakan pihaknya menargetkan wilayah Utara Haifa dengan rudal.

Sepuluh orang dilaporkan terluka di wilayah Haifa. selain itu, ada dua orang lainnya yang terluka lebih jauh ke selatan di Israel Tengah.

Insiden ini pun juga diakui oleh pihak Israel. Militer Israel (IDF) mengatakan lima roket diluncurkan ke arah Haifa dari Lebanon, namun mengklaim rudal itu dapat ditangkal oleh sistem pertahanan negara tersebut.

"Proyektil yang jatuh teridentifikasi di daerah tersebut. Insiden tersebut sedang ditinjau," ungkap IDF.

Dikatakan 15 roket lainnya ditembakkan ke daratan di Tiberias di wilayah Galilea Utara Israel, beberapa di antaranya ditembak jatuh. Media Israel mengatakan lima roket lagi menghantam wilayah Tiberias kemudian.

"Sebuah rudal permukaan-ke-udara yang ditembakkan ke Israel tengah dari Yaman juga dicegat," tambah IDF.

2. AS Ancam Iran

Kementerian Pertahanan AS, Pentagon, mengancam Iran. Hal ini terlihat dari pernyataan publik Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, dalam sebuah kegiatan yang menandai satu tahun serangan Hamas ke Israel, 7 Oktober.

Pentagon, tegasnya, tak akan gentar untuk mencegah Iran dan proksi-proksinya jika mereka menyerang Israel dan berkomitmen membela Negeri Zionis itu.

"Departemen Pertahanan tidak akan gentar dalam komitmen kami terhadap keamanan Israel, untuk memerangi terorisme Hamas dan kelompok fanatik lainnya," ujarnya, sebagaimana dimuat media AS, Newsweek.

"Untuk mencegah agresi lebih lanjut dari Iran, dan untuk bekerja dengan sekutu dan mitra kami untuk mempromosikan stabilitas dan perdamaian di Timur Tengah," katanya lagi.

Ia pun kembali menyebut bagaimana AS tidak akan pernah "beristirahat" sampai setiap sandera Israel yang diculik Hamas setahun lalu itu, kembali ke rumah. Meski membela Israel mati-matian, ia mengklaim melindungi warga sipil Palestina- di mana 41.000 lebih telah tewas akibat serangan Israel ke Gaza- merupakan tanggung jawab moral sekaligus keharusan strategis AS.

Iran telah menyerang Israel dengan 200 rudal 1 Oktober lalu. Iran menyebut aksi itu merupakan pembalasan dan pembelaaan diri atas pembunuhan kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran pada bulan Juli dan sebagai tanggapan atas "meningkatnya kejahatan rezim Israel dengan dukungan AS" atas serangan di Gaza dan Lebanon.

3. Iran Siapkan 10 Skenario Serangan Balasan Israel

Israel telah menyatakan pasti membalas serangan Iran ke negara tersebut. Militer Iran pun telah mempersiapkan setidaknya sepuluh skenario untuk menghadapi serangan itu.

Keadaan ini muncul setelah Iran melancarkan serangan rudal besar-besaran ke Israel pada Selasa pekan lalu, yang mengenai beberapa pangkalan militer sebagai tanggapan atas pembunuhan para pemimpin Hamas dan Hizbullah oleh Israel baru-baru ini. Israel berjanji akan melancarkan serangan balasan yang "serius dan signifikan".

Kantor berita Tasnim, yang terkait dengan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), melaporkan pada bahwa Iran telah mempersiapkan setidaknya sepuluh skenario dalam menghadapi aksi militer Israel.

"Respons Iran tidak harus setingkat dengan tindakan Israel, tetapi bisa lebih keras dan menyasar target yang berbeda, sehingga meningkatkan efektivitas respons tersebut," kata seorang sumber yang mengetahui skenario tersebut, dikutip dari RT, Selasa (8/10/2024).

Menurut sumber tersebut, karena Israel jauh lebih kecil dibandingkan dengan Iran dan memiliki infrastruktur yang "lebih sedikit dan lebih sensitif", serangan balasan Iran dapat menyebabkan "masalah yang belum pernah terjadi sebelumnya".

Selain itu, negara manapun yang membantu Israel dalam serangan potensial "akan melewati garis merah Iran dan akan mengalami kerugian," tegas sumber tersebut.

4. Hizbullah Serang Markas Intelijen Israel

Militer Israel melaporkan sirene berbunyi di Israel tengah setelah sekitar lima proyektil terdeteksi melintasi perbatasan dari Lebanon ke negara itu. Beberapa proyektil berhasil dicegat, sementara sisanya jatuh di area terbuka.

Militer Israel menambahkan bahwa tidak ada perubahan yang dilakukan pada pedoman Komando Front Dalam Negeri terkait situasi ini.

Tidak lama setelah serangan tersebut, kelompok Hizbullah dari Lebanon mengeluarkan pernyataan yang mengeklaim bertanggung jawab atas operasi peluncuran misil yang menargetkan unit intelijen militer Israel di dekat Tel Aviv.

"Operasi peluncuran misil dilakukan di pangkalan Glilot dari unit intelijen militer 8200 yang terletak di pinggiran Tel Aviv," demikian pernyataan dari Hizbullah, dilansir Reuters, Selasa (8/10/2024).

Serangan ini menambah ketegangan di perbatasan antara Israel dan Lebanon, yang telah meningkat sejak konflik bersenjata antara Israel dan Hamas di Gaza kembali memanas. Hizbullah, yang didukung oleh Iran, telah berulang kali terlibat dalam serangan lintas perbatasan sebagai bentuk dukungan terhadap Hamas dalam pertempuran di Gaza.

5. Israel Gunakan Bom Terlarang di Lebanon

Israel disebut telah menggunakan 'bom terlarang' yang mengandung uranium terdeplesi untuk menyerang Lebanon. Sindikat Ahli Kimia Lebanon (SCL) menyebut bom ini telah dilarang digunakan secara internasional.

Dalam sebuah pernyataan, SCL mengutuk "agresi biadab terhadap warga sipil di Lebanon dan pembantaian yang dilakukan terhadap rakyat Lebanon."

Dikatakan bahwa peringatan tersebut bertujuan "untuk meningkatkan kesadaran tentang dampak menghirup debu dari pemboman Israel di beberapa wilayah Lebanon."

"Tingkat kerusakan dan penetrasi bangunan dan tanah hingga puluhan meter merupakan bukti penggunaan bom yang mengandung uranium terdeplesi, yang memiliki daya tembus yang luar biasa," kata badan tersebut, seperti dikutip dari TRT World, Selasa (8/10/2024).

Mereka menekankan bahwa "penggunaan jenis senjata yang dilarang secara internasional tersebut, terutama di Beirut yang berpenduduk padat, menyebabkan kerusakan besar, dan debunya menyebabkan banyak penyakit, terutama jika terhirup."

SCL juga menyerukan kepada masyarakat internasional untuk menghentikan serangan Israel terhadap Lebanon dan menghentikan penggunaan bom yang dilarang secara internasional.

Mereka juga mendesak negara Lebanon untuk mengajukan gugatan hukum kepada Dewan Keamanan PBB terhadap "pelanggaran yang terjadi di tanah Lebanon dan upaya pembunuhan massal terhadap warga sipil yang tidak bersalah."

6. Israel Bunuh Penerus Nasrallah

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Selasa (8/10/2024) waktu setempat mengumumkan bahwa serangan udara Israel telah menewaskan dua penerus pemimpin Hizbullah yang telah gugur. Hal itu terjadi di tengah peningkatan ofensif militer Israel terhadap kelompok yang didukung Iran tersebut, dengan pengiriman divisi tentara keempat ke Lebanon selatan.

Netanyahu membuat pernyataan ini melalui sebuah video yang dirilis oleh kantornya beberapa jam setelah wakil pemimpin Hizbullah menyiratkan kemungkinan pembicaraan untuk gencatan senjata.

"Kami telah melemahkan kemampuan Hizbullah. Kami telah menewaskan ribuan teroris, termasuk (Hassan) Nasrallah sendiri, penerus Nasrallah, dan penerus dari penerusnya," kata Netanyahu, tanpa menyebut nama penerus tersebut secara spesifik, sebagaimana dilansir Reuters.

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menyatakan bahwa Hashem Safieddine, orang yang diperkirakan akan menggantikan Nasrallah, kemungkinan besar sudah "dihilangkan". Namun, belum jelas siapa yang dimaksud Netanyahu dengan "pengganti dari pengganti".

Juru bicara militer Israel Daniel Hagari menambahkan bahwa Safieddine diketahui berada di markas intelijen Hizbullah ketika serangan udara dilancarkan, dan statusnya masih "diperiksa".

7. Hizbullah Melunak soal Gencatan Senjata

Wakil Pemimpin Hizbullah, Naim Qassem, memutuskan untuk menghentikan syarat dihentikannya perang Israel di Gaza sebagai ketentuan gencatan senjata di Lebanon.

Dalam sebuah pidato yang disiarkan televisi pada hari Selasa (8/10/2024), Qassem mengatakan ia mendukung upaya juru bicara parlemen Lebanon Nabih Berri, sekutu Hizbullah, untuk mengamankan gencatan senjata tanpa menetapkan prasyarat.

"Kami mendukung aktivitas politik yang dipimpin oleh Berri dengan judul gencatan senjata," kata Qassem, seperti dikutip Reuters, Rabu (9/10/2024). "Jika musuh (Israel) melanjutkan perangnya, maka medan perang akan menentukan."

Meski begitu, Qassem tetap berjanji untuk terus mendukung Hamas dan Palestina dalam pertempuran mereka dengan Israel.

Dua hari sebelumnya, dua pejabat Hizbullah berpangkat rendah juga telah berbicara tentang gencatan senjata Lebanon tanpa mengaitkannya dengan Gaza. Hizbullah belum secara eksplisit mengatakan bahwa mereka akan mengubah posisinya.

8. Israel Serang Suriah

Sebuah serangan udara Israel telah menargetkan sebuah bangunan hunian di daerah Mezzah, pinggiran sebelah barat ibu kota Suriah, Damaskus, pada Selasa (8/10/2024).

Media pemerintah Suriah melaporkan bahwa serangan tersebut menewaskan tujuh warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak, serta melukai 11 orang lainnya. Kerusakan parah juga dilaporkan terjadi di properti di sekitar area tersebut.

Sumber militer Suriah, yang dikutip oleh media pemerintah, menyebut bahwa serangan tersebut dilakukan melalui tiga rudal yang ditembakkan dari arah Dataran Tinggi Golan.

"Tujuh korban tewas termasuk wanita dan anak-anak," kata laporan awal tersebut, yang menambahkan bahwa kerusakan material "besar" terjadi di area sekitarnya, sebagaimana dikutip Reuters.

Sebelumnya, media pemerintah melaporkan bahwa sistem pertahanan udara Suriah telah berhasil mencegat "target musuh" di sekitar Damaskus. Namun, meski ada upaya intersepsi, serangan tersebut tetap menimbulkan korban jiwa dan kerusakan signifikan.

9. Korban Jiwa Gaza

Data Kementerian Kesehatan.Gaza per hari ini menyebutkan serangan Israel selama setahun terakhir di wilayah itu telah menewaskan 41.965 warga Palestina dan melukai 97.590 lainnya.

Lebih dari 10.000 mayat dikhawatirkan terkubur di antara reruntuhan bangunan akibat serangan Israel, yang berarti jumlah korban tewas kemungkinan jauh lebih tinggi. Sebagian besar korban tewas di Gaza, diperkirakan 70%, adalah perempuan dan anak-anak.

10. Emirates Batalkan Layanan Penerbangan ke dan dari Iran

Emirates, maskapai penerbangan milik negara Uni Emirat Arab (UEA), mengatakan penerbangan ke dan dari Iran dibatalkan untuk hari ini.

Maskapai penerbangan tersebut mengatakan terus memantau situasi di wilayah tersebut dan sedang menghubungi otoritas terkait terkait perkembangan.

Iran meluncurkan serangkaian rudal balistik ke Israel pada tanggal 1 Oktober setelah beberapa pembunuhan yang menargetkan sekutunya, Hamas dan Hizbullah. Israel mengatakan akan membalas dan sedang mempertimbangkan targetnya.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Konflik Israel-Iran Memanas, Hizbullah Angkat Suara