Terungkap! Ini Penyebab Eropa 'Musuhi' Sawit Asal Indonesia

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
29 August 2024 11:28
Ketua Bidang Kampanye Positif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Edi Suhardi menyampaikan pemaparan dalam acara Trade Corner Special Dialogue di Auditorium Gedung Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (29/8/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Ketua Bidang Kampanye Positif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Edi Suhardi menyampaikan pemaparan dalam acara Trade Corner Special Dialogue di Auditorium Gedung Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (29/8/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Bidang Kampanye Positif GAPKI, Edi Suhardi mengungkapkan alasan Uni Eropa memusuhi produk sawit asal Indonesia, bahkan tidak ragu 'menjegalnya' di WTO. Dia mengungkapkan CPO atau minyak kelapa sawit adalah produk yang murah dan kompetitif yang tidak bisa disaingi oleh Uni Eropa.

"Mereka punya perkebunan sunflower dan rapeseed. Biaya produksi dan bahan baku hingga prosesnya jauh lebih mahal. Jadi kelapa sawit dilihat over kompetitif dan tidak bisa disaingi," ujar Edi dalam Trade Corner Special Dialogue CNBC Indonesia, Kamis (29/8/2024).

Untuk mencegah kelapa sawit, Uni Eropa pun mengenakan hambatan-hambatan perdagangan bagi Indonesia dan produsen lainnya. Beberapa hambatan tersebut seperti bea masuk anti dumping, tuduhan subsidi yang tidak adil dan hambatan lainnya.

"Saya sangat menghargai dorongan dan tekanan dari Kemendag yang telah membawa kasus-kasus ini pada level yang luar biasa. Indonesia paling proaktif di sawit," kata dia.

Dia mengatakan sebagai produsen sawit terbesar, gugatan di WTO adalah terkait kelapa sawit. Pada 2013 digugat uni eropa atas tuduhan anti dumping dan tentang new renewable yang dikecualikan.

"Kita juga tengah menghadapi gugatan WTO tentang biodiesel, dari 2 gugatan fatty alkohol, 5 tahun berusaha menang. Kemudian Tentang bea masuk anti dumping biodisesl, tetapi dengan kemenangan ini UE 2019, ada lagi 2 kasus ttg energi terbarukan," ujarnya.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Simak Arah Perdagangan Luar Negeri di Bawah Pemerintahan Baru

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular