Perang Dagang Sana-sini Bikin Kacau Dunia, Mendag Zulhas Lakukan Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) mengatakan, saat ini terjadi peningkatan hambatan perdagangan yang dilakukan oleh negara-negara di dunia. Akibatnya, selain tensi geopolitik, tensi perang dagang juga meningkat.
Karena itu, lanjutnya, pemerintah fokus melakukan upaya perlindungan pasar dalam negeri dengan mekanisme-mekanisme yang sejalan dengan ketentuan internasional. Di sisi lain, juga dilakukan peningkatan ekspor dengan tak hanya fokus pada pasar-pasar tradisional.
Diplomasi, kata Zulhas, menjadi strategi yang dilakukan untuk memacu kinerja ekspor Indonesia. Termasuk dengan mempercepat penyelesaian rencana-rencana kerja sama perdagangan dan kerja sama ekonomi komprehensif (comprehensive economic partnership agreement/ CEPA) dengan negara-negara mitra bilateral, regional maupun multilateral.
Hal itu diungkapnya dalam dialog Economic Update 2024 CNBC Indonesia, Selasa (30/7/2024).
"Kita lakukan perlindungan dengan bea masuk anti dumping (BMAD) dan bea masuk tindakan pengamanan (BMTP) dan lain-lain. Sambil kita juga harus membenahi di dalam negeri. Kita juga melakukan diplomasi. Saat ini yang berkembang bukan perdagangan bebas, tapi yang berkembang malah hambatan perdagangan," kata Zulhas.
"Eropa persulit, semua mempersulit. Saya harus melakukan diplomasi. Kita harus segera menyelesaikan perjanjian-perjanjian dagang. karena dalam kesulitan ini peluang kita besar. Kita bisa masuk ke barat bisa masuk ke timur," paparnya.
Untuk itu, ujarnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) fokus menyelesaikan "jalan tol" perdagangan. Dia mencontohkan, untuk ASEAN, "jalan tol" dimaksud adalah lewat RCEP. Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) yang ditandatangani pada 15 November 2024. RCEP merupakan kemitraan 10 negara ASEAN dengan mitranya, yaitu Australia, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, dan China.
"ASEAN ini potensinya besar. Ekonominya bertumbuh, masyarakatnya banyak, uangnya ada. Makanya sekarang surplus terbesar ketiga itu Filipina (negara penyumbang surplus bagi neraca dagang RI). Dengan RCEP ini bebas tarif, tapi mata uangnya masing-masing," paparnya.
"Kita juga ada dengan China, ASEAN dengan China, kerja sama komprehensif. Karena itu tidak bisa sembarangan mengenakan tarif. Kita juga ada CEPA dengan Korea Selatan, Jepang, dan Selandia Baru. Karena tidak cukup hanya pasar tradisional seperti Barat (negara-negara Barat_. Karena ekonomi mereka sudah pelan, lambat," sebutnya.
Indonesia, kata dia, menyasar pasar-pasar baru, termasuk Afrika dan juga Uni Emirat Arab. Tak ketinggalan negara-negara di Asia Selatan.
"Kita kembangkan pasar-pasar baru melalui kerja sama perdagangan yang nggak menyulitkan.Ke Asia Selatan, Afrika, Amerika Selatan. Dengan Chile sedang dalam proses. Dengan CEPA, kerja sama komprehensif yang hampir menyeluruh, kita bertukar. Misalnya, kita punya CPO, baja, cengkeh, kopi, jangan dikenakan tarif. Nanti kita juga sama. Kalau nggak ya, pisang kita bisa kena bea masuk 17%," kata Zulhas.
Menurut Zulhas, upaya pengembangan pasar-pasar nontradisional itu kini sudah terlihat dampaknya bagi ekonomi RI.
"Sekarang India (penyumbang) surplus terbesar nomor 1. Nomor 3 Filipina. Kalau dulu kan Jepang, Eropa. Sekarang nggak. Filipina, Malaysia. Jadi penting melakukan diplomasi," kata Zulhas.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mendag: Satgas Impor Ilegal Tak Akan Razia Barang Impor di Ritel
