Kejadian Aneh Dialami Peternak Ayam Mandiri, Tiap Hari Harus Jual Rugi

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
11 July 2024 17:15
Peternak memanen telur ayam di peternakan kawasan Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat, Selasa (18/2/2020). Pemerintah resmi menaikkan harga acuan daging dan telur ayam ras untuk mengimbangi penyesuaian tingkat harga di pasar yakni harga telur ayam di tingkat peternak dinaikkan dari Rp18 ribu-Rp20 ribu per kg menjadi Rp19 ribu-Rp21 ribu per kg sedangkan daging ayam ras dinaikkan dari Rp18 ribu-Rp19 ribu per kg menjadi Rp19 ribu-Rp20 ribu per kg. Lukman 45 tahun Peternak  mengatakan kenaikan harga tersebut sebagai hal yang positif. Sebab, bila tidak hal itu tentu dirasakan merugikan. Pasalnya, saat ini nilai tukar dolar terhadap rupiah tengah menguat dan mempengaruhi berbagai hal, termasuk biaya transportasi.
 (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Peternak Ayam (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Peternak ayam rakyat atau peternak mandiri mengeluh hasil budidayanya tidak pernah memberikan untung, malah merugi. Ketua Umum Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) Pardjuni menyebut keuntungan hanya dinikmati integrator yang memiliki bisnis pabrik pakan dan peternakan ayam dan bibit ayam. Sementara peternak semakin terhimpit oleh beban biaya produksi yang tinggi.

Pardjuni mengungkapkan, harga jual ayam hidup di tingkat kandang peternak saat ini berada di level Rp19.000-Rp20.000 per kg, sedangkan biaya pokok produksi mereka per kilonya bisa mencapai Rp20.000-Rp21.000.

"Ini kan rugi per kilonya setiap hari. Kalau saat ini peternak dibilang terjepit, ya memang sangat terjepit, dan ini memang hanya pabrikan yang mendapatkan keuntungan. Integrator itu sudah jelas mendapatkan keuntungan dari penjualan pakan dan bibit ke kita," kata Pardjuni kepada CNBC Indonesia, Kamis (11/7/2024).

Tingginya biaya produksi, ungkapnya, disumbang dari harga bibit anak ayam atau DOC yang di atas 30% dari acuan pemerintah. Dan harga pakan ternak yang ogah turun, padahal harga jagung sudah turun ke bawah Rp5.000 per kg.

"Lah kenapa kok ini bisa rugi? Karena perusahaan besar mengambil keuntungan di depan itu besar sekali. Dengan menjual pakan keuntungannya di atas 15%, menjual DOC (day old chicken/ anakan ayam) keuntungannya di atas 30% dari yang ditetapkan pemerintah. Itu kan membebani kita sebagai peternak," ucapnya.

Pardjuni merinci, saat ini harga bibit (DOC) atau anakan ayam tengah mengalami kenaikan sejak Mei 2024 kemarin, di mana sebelumnya harga bibit anakan ayam masih berkisar Rp5.000, kini harganya sudah naik sampai ke level Rp8.000. Itu tentunya membuat beban biaya produksi para peternak menjadi naik.

"(Kemudian) harga pakan yang juga tidak ada penurunan. Misalnya jagung, dari harganya masih Rp9.000 (per kg) sekarang sudah sekitar Rp5.000 (per kg), tapi harga pakannya tidak turun-turun seperti apa yang terjadi pada penurunan harga jagung. Margin perusahaan pakan itu tetap tinggi," paparnya.

Sehingga, meskipun harga daging ayam karkas di pasar saat ini dibanderol Rp36.000 per kg, menurutnya harga itu tidak bisa mendongkrak harga jual ayam hidup di kandang peternak.

"Harga karkas walaupun di pasar ini Rp36.000 (per kg) ya itu tidak bisa mempengaruhi atau istilahnya mendongkrak harga ayam hidup kita yang ada di peternak ini," pungkasnya.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Di Balik Harga Ayam Turun Murah, Peternak 'Nangis Darah'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular