Sedih! Peternak Ayam Nangis, Harga-Harga Naik Bikin Buntung

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
04 July 2024 14:45
Peternak memanen telur ayam di peternakan kawasan Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat, Selasa (18/2/2020). Pemerintah resmi menaikkan harga acuan daging dan telur ayam ras untuk mengimbangi penyesuaian tingkat harga di pasar yakni harga telur ayam di tingkat peternak dinaikkan dari Rp18 ribu-Rp20 ribu per kg menjadi Rp19 ribu-Rp21 ribu per kg sedangkan daging ayam ras dinaikkan dari Rp18 ribu-Rp19 ribu per kg menjadi Rp19 ribu-Rp20 ribu per kg. Lukman 45 tahun Peternak  mengatakan kenaikan harga tersebut sebagai hal yang positif. Sebab, bila tidak hal itu tentu dirasakan merugikan. Pasalnya, saat ini nilai tukar dolar terhadap rupiah tengah menguat dan mempengaruhi berbagai hal, termasuk biaya transportasi.
 (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Peternak Ayam (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) Pardjuni mengaku tekor. Pasalnya, rata-rata harga jual ayam hidup di kandang per kilogram (kg) nya hari ini berada di angka Rp19.000-Rp20.000. Sementara biaya produksinya di atas Rp20.000-Rp21.000 per kg. Artinya, harga jual itu tidak memberikan untung sama sekali untuk para peternak.

"Hari ini Rp19.000 sampai Rp20.000 (per kg) ya, dengan kondisi yang saya amati cenderung berat. Jadi daya belinya di tingkat pedagang itu menurun, tapi harga sapronak (sarana produksi peternakan) yang meliputi DOC atau anak ayam, pakan, vaksin, vitamin dan obat-obatan) nya masih mahal," kata Pardjuni kepada CNBC Indonesia, Kamis (7/4/2024).

Pardjuni menjelaskan, meskipun harga jagung saat ini sudah turun ke angka di bawah Rp5.000 per kg, harga pakan ternak yang dijual produsen pakan masih tinggi, tidak mengalami penurunan yang signifikan mengikuti harga jual jagung.

"Harga pakan itu tidak ada penurunan. Misalnya jagung, dari harganya masih Rp9.000 (per kg) sekarang sudah sekitar Rp5.000 (per kg), tapi harga pakannya tidak turun-turun seperti apa yang terjadi pada penurunan harga jagung. Margin perusahaan pakan itu tetap tinggi," ujarnya.

Kemudian harga bibit anak ayam atau DOC yang mengalami kenaikan hingga 60%, dari sebelum Mei 2024 harga bibit anak ayam masih berkisar di Rp5.000, kini harganya sudah naik sampai ke level Rp8.000. Itu membuat beban biaya produksi para peternak menjadi naik, namun secara bersamaan daya beli masyarakat turun.

"Sebelum bulan Mei itu harga bibit (DOC) kira-kira sekitar Rp5.000 sampai Rp5.500 lah saya hitung rata-rata ya, tetapi kemarin naik sampai Rp8.000. Berarti mungkin ada kenaikan kira-kira sekitar 60% dari harga bibit. Itu bebannya bisa ada di HPP (harga pokok produksi), di peternak rakyat atau di produsen ayam peternak mandiri," ucap dia.

"Artinya, kalau misal harga daging ayam ras di masyarakat itu sekitar Rp35.000 (per kg), dengan DOC di bawah Rp6.000 ya itu otomatis HPP kita mungkin bisa sekitar Rp33.000-Rp34.000 (per kg) itu sudah untung ya. Tetapi sekarang ini dengan HPP naik sampai Rp2.000 untuk DOC dan pakannya juga tidak turun-turun, perkiraan saya untuk harga Rp36.000 (per kg di masyarakat) itu bagi peternak rakyat masih minus (atau rugi)," katanya.

"Karena harga ayam hidup saat harga DOC di bawah Rp6.000 itu harganya Rp20.000, sekarang pun dengan harga DOC yang sudah naik di angka Rp8.000, harga jual ayam hidup di kandang rata-rata nasionalnya masih tetap di angka Rp19.000-Rp20.000 per kg, tidak ada kenaikan," jelasnya.

Pardjuni menyebut keuntungan itu hanya dinikmati oleh produsen pakan ternak dan bibit DOC saja, tidak untuk peternak rakyat mandiri yang justru mengalami kerugian. Apalagi ditambah sudah dua bulan belakangan ini Mei-Juni 2024 terjadi deflasi 0,05% pada daging ayam ras. Menurutnya, deflasi yang terjadi karena adanya penurunan daya beli masyarakat, sehingga membuat harga anjlok meskipun biaya produksi peternak tinggi.

"Masalah deflasi yang terjadi belakangan ini sebenarnya tidak menguntungkan masyarakat atau peternak, ini nggak ya. (Deflasi) ini sebenarnya karena ada penurunan daya beli masyarakat. Yang saya amati, deflasi ini nggak membuat daya beli masyarakat naik, tetapi ini hanya angka parameter saja," pungkasnya.

Sebagai informasi, Panel Harga Badan Pangan mencatat harga daging ayam, Kamis (4/7/2024) turun Rp140 ke Rp36.190 per kg. Sepekan sebelumnya, 27 Juni 2024, harganya masih di Rp36.330 per kg. Harga tersebut adalah rata-rata harian nasional di tingkat eceran.

Tercatat, harga daging ayam tertinggi tahun ini mencapai Rp38.450 per kg, terjadi di bulan April 2024. Harga ini melampaui level tertinggi tahun 2023 yang mencapai Rp37.950 per kg, terjadi di bulan Juni 2023.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Daging Ayam di Jakarta 'Meledak' Tembus Rp55.000/ Kg, Efek Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular