
Harga Daging Ayam Turun Terus Sumbang Deflasi RI, Peternak Meringis

Jakarta, CNBC Indonesia - Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia kembali mengalami deflasi pada Juni 2024, di mana kelompok penyumbang deflasi terbesar ada makanan, minuman, dan tembakau dengan andil 0,14%. Pada kelompok ini ada daging ayam ras dengan menyumbang deflasi 0,05%.
Ketua Umum Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) Pardjuni menyebut deflasi yang terjadi selama dua bulan beruntun ini tidak menguntungkan bagi masyarakat ataupun peternak. Sebab, deflasi yang terjadi diketahui karena adanya penurunan daya beli masyarakat, sehingga membuat harga anjlok meskipun biaya produksi peternak tinggi. Akibatnya, yang menanggung kerugian itu peternak.
"Masalah deflasi yang terjadi belakangan ini sebenarnya tidak menguntungkan masyarakat atau peternak, ini nggak ya. (Deflasi) ini sebenarnya karena ada penurunan daya beli masyarakat. Yang saya amati, deflasi ini nggak membuat daya beli masyarakat naik, tetapi ini hanya angka parameter saja," kata Pardjuni kepada CNBC Indonesia, Kamis (4/7/2024).
"Kalau saya amati begini, inflasi atau deflasi ini hanya bisa menjadi parameter di mana itu terkait dengan daya beli. Walaupun ada inflasi, tetapi kalau ekonomi masyarakat itu ada, saya pikir daya belinya tetap tinggi, contohnya seperti pada momen Lebaran," sambungnya.
Pardjuni mengakui, harga daging ayam ras di pasaran saat ini dibandingkan dengan sebelumnya memang terjadi penurunan harga yang signifikan. Namun penurunan harga itu, katanya, hanya menguntungkan perusahaan penjual bibit maupun produsen pakan ternak.
"Karena faktanya, meskipun harga jagung itu sudah turun, dia tidak mau turunin harga sapronak (sarana produksi peternakan yang meliputi DOC atau anak ayam, pakan, vaksin, vitamin dan obat-obatan)," ucapnya.
Adapun rata-rata harga ayam hidup di kandang per kilogram (kg) nya hari ini, ungkap Pardjuni, berada di angka Rp19.000-Rp20.000. Sementara biaya pokok produksinya di atas Rp20.000-Rp21.000 (per kg). Artinya, harga jual itu tidak memberikan untung sama sekali bagi para peternak.
"Jadi daya beli di tingkat pedagang itu menurun, tapi harga sapronak nya masih mahal. Sehingga, beban biaya deflasi itu yang menanggung peternak," ujar Pardjuni.
Sebagai informasi, Panel Harga Badan Pangan mencatat harga daging ayam, Rabu (3/7/2024) turun Rp50 ke Rp36.330 per kg. Sepekan sebelumnya, 26 Juni 2024, harganya masih di Rp36.670 per kg.
Harga tersebut adalah rata-rata harian nasional di tingkat eceran.
Tercatat, harga daging ayam tertinggi tahun ini mencapai Rp38.450 per kg, terjadi di bulan April 2024. Harga ini melampaui level tertinggi tahun 2023 yang mencapai Rp37.950 per kg, terjadi di bulan Juni 2023.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Daging Ayam di Jakarta 'Meledak' Tembus Rp55.000/ Kg, Efek Apa?
