
Industri Tekstil Jadi Sorotan, Ternyata Tak Cuma Bikin Baju

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri tekstil di dalam negeri tengah jadi sorotan. Menyusul semakin intensifnya teriakan pengusaha dan pekerja di industri tekstil dalam negeri, mendesak pemerintah serius menangani gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) dan serbuan impor tekstil yang melanda pasar RI.
Bahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun sampai turun tangan dan menggelar rapat di kantornya beberapa waktu lalu. Memerintahkan para menterinya segera mengambil tindakan penanganan.
Lalu, apa yang dimaksud industri tekstil? Mengapa sektor ini menjadi penting untuk mendapat perhatian pemerintah?
Ketua Umum Insan Kalangan Ahli Tekstil Seluruh Indonesia (IKATSI) M Shobirin Hamid mengatakan, industri tekstil tidak melulu padat karya yang hanya menghasilkan pakaian seperti baju dan celana. Namun, hasil produk tekstil itu ada di segala bidang dan dipakai sejak manusia lahir hingga meninggal dunia.
Dengan semakin berkembangnya zaman dan teknologi, membuat produk yang dihasilkan dari tekstil tak hanya berbentuk pakaian saja, melainkan ada begitu banyak potensi produk yang bisa dihasilkan dari tekstil itu sendiri.
"Jangan menganggap tekstil itu hanya melulu pakaian ya, (seperti) baju dan celana. Tekstil itu ada di segala bidang dan tekstil itu satu-satunya produk di dunia yang dibawa dari lahir sampai mati. Mau agama apapun dari lahir sampai mati nggak mungkin nggak pakai kain," kata Shobirin kepada CNBC Indonesia, Jumat (28/6/2024).
Di tengah kemajuan teknologi saat ini, ungkapnya, ada banyak sekali produk tekstil yang dihasilkan, mulai dari geotekstil untuk pembuatan jalan hingga kereta api, kemudian ada iodine tekstil yang bisa digunakan untuk kebutuhan pembangunan, medis tekstil untuk alat-alat kesehatan, hingga defense tekstil untuk pertahanan dan keamanan.
"Semuanya menggunakan tekstil, sampai ke mobil yang ada pun itu tekstilnya mungkin 70%-80%," ujarnya.
"Jadi orang menganggap tekstil itu ibarat cuma tukang jahit, nggak seperti itu faktanya. Sekarang ada nano tekstil, micro tekstil. Jadi semuanya tekstil. Kalau kita pergi jalan-jalan ke luar negeri tidak takut, karena ditusuk tidak mempan, ditembak tidak mempan. Itu sudah mulai banyak dipakai, kalau kita nonton film-film fiksi itu kan sebetulnya bukan bohong, tapi nyata tekstil bisa seperti itu, dan itu bisa kita buat," imbuh dia.
Tak hanya itu, Shobirin memberikan contoh lain penggunaan tekstil di kehidupan sehari-hari, salah satunya penggunaan tekstil di pakaian pembalap. Di mana pakaian tersebut ketika pembalap itu jatuh, motor atau mobilnya terbakar, keselamatan pembalap masih terjamin.
"Itu kehebatan tekstil. Jadi Jangan menganggap tekstil itu hanya pakaian dan celana yang sedang kita pakai, jauh ke depan yang lebih maju lagi. Nah, kalau itu sampai nggak ada ilmuannya, enggak ada teknokratnya, kebayang kan bagaimana bisa majunya?" tukasnya.
Untuk itu, Shobirin berharap ke depannya pemerintah Indonesia bersama industri tekstil nasional bisa melihat jauh ke depan, melihat bagaimana perkembangan industri tekstil dunia saat ini.
Ia menilai Indonesia tidak bisa selamanya terus terbelenggu dalam jerat masalah pabrik bangkrut dan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK), Indonesia harus bisa menciptakan teknokrat baru untuk industri tekstil yang semakin maju ke depan.
"Kita kan hanya sebagai tukang jahit aja, kita belum bicara future textile, nano textile dan lain-lain, kita belum bicara itu. Kita masih membicarakan bagaimana pabrik-pabrik tekstil bisa bertahan dan supaya buruh masih bisa bekerja. Kita harapkan Indonesia itu jauh ke depan, jangan terus terbelenggu dengan pikiran tekstil hanya pakaian saja," pungkasnya.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Diam-diam PHK Pabrik Tekstil RI Makan Korban 1 Juta Orang Pekerja
