Analisis Pilgub NTT 2024: Head to Head Ansy Lema Vs Melki Laka Lena?

Muhammad Iqbal, CNBC Indonesia
20 June 2024 04:00
Para pemimpin KTT ASEAN duduk di dek kapal pinisi saat acara sunset view di sela-sela KTT ke-42 Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) di Labuan Bajo pada 10 Mei 2023.
Foto: Suasana sunset di Labuan Bajo pada 10 Mei 2023. (POOL/AFP via Getty Images/MAST IRHAM)

Efek Survei
Beberapa waktu lalu, lembaga survei Charta Politika merilis hasil survei bertajuk 'Preferensi Politik dan Sosial Masyarakat NTT'. Dari lima nama yang beredar, Melki memiliki elektabilitas 31,1%. Disusul Politikus Senior Demokrat Benny Kabur Harman 26,9%, Ansy Lema (24.9%), dan Kamlasy 2,1%.

"Kalau kita merujuk kepada hasil survei, walaupun masih individu, itu tingkat penerimaan publik cukup menguat antara Melki dan Ansy. Tapi bedanya Melki sudah permanen punya partai koalisi, sementara Ansy masih menjajaki kemungkinan. Saya kira dia punya bargaining berdasarkan hasil survei karena Emi tidak cukup kuat melawan Melki kecuali Ansy," kata Ahmad.

Kendati demikian, ada tingkat kesulitan tinggi yang harus dihadapi PDIP, NasDem, dan PKB. Ini mengingat tren KIM mengusung calon solid di pilgub mendatang. Ditambah lagi partai yang tersisa, yaitu Perindo dan PKS, masing-masing hanya punya satu kursi.

"Kalau umpamanya NasDem mampu merangkul PKB, maka PDIP out, tidak ada dan dia tidak punya kawan koalisi lagi karena semua sudah koalisi besar sudah ada di KIM. Ini kan sekarang ada perebutan, penentunya nanti di PKB ini untuk memunculkan figur baru," ujar Ahmad.

"Hitungan saya kemarin kalau umpamanya PKB diambil NasDem, maka PDIP out. Ansy juga out, Emilia juga out karena tidak cukup 13 kursi tadi. Tapi kalau PDIP yang mengambil PKB, maka NasDem out. Ini skenario pertama kalau umpamanya PKB diambil PDIP maka NasDem out. Skenario kedua PKB diambil NasDem, maka PDIP out," lanjutnya.

Apabila PKB juga turut bergabung ke dalam KIM, maka tersisa PDIP dan NasDem. Keduanya bisa berkoalisi dan dapat turut serta dalam pilgub karena sama-sama memiliki 9 kursi. "Maka posisi tawarnya adalah PDIP yang gubernur, maka NasDem yang wakil. Begitupun sebaliknya. Itu posisi sementara," kata Ahmad.



Head to head Ansy vs Melki?
Pria yang kini menjadi Staf Khusus Penjabat Gubernur NTT Bidang Sosial dan Politik itu menambahkan, pengelompokkan KIM di pilgub nanti juga menghadirkan kerumitan tersendiri. Perlu ada kesepakatan bersama lantaran partai besar anggota koalisi pasti ingin mendorong figur dari masing-masing partai.

"Ini kan mereka mesti menentukan pilihan figur yang menjadi wakil itu kan setidak-tidaknya datang dari basis politik elektoral yang bisa memastikan bahwa wakil itu datang membawa suara, tidak kelihatan kosong," ujar Ahmad.

Dia menjelaskan, konfigurasi Pilgub NTT itu berbasis ideologis (Protestan dan Katolik) dan berbasis teritorial (Flores dan Timor). Apabila nantinya Ansy direkomendasikan PDIP dan harus menghadapi Melki yang diusung KIM, maka mereka akan berebut 'ikan di kolam yang sama' karena mereka memiliki kesamaan ideologis (Katolik) dan teritorial (Ende, Flores).

Oleh karena itu, Ansy dan Melki akan berupaya menggaet cawagub beragama Protestan dan berasal dari Timor. Sebaliknya, jika PDIP merekomendasikan Emi (Protestan, Timor), maka cawagubnya sosok beragama Katolik dan berasal Flores.

"Sosoknya siapa? Sampai saat ini belum. Yang penting basis ideologis dan basis teritorial. Ini kan soal sentimen, ini kan soal identitas. Pilkada itu yang beroperasi bukan uang, itu hanya di pemilu, itu transaksional. Kalau di pilkada itu yang beroperasi politik identitas, kekuatan agama, kekuatan daerah, kekuatan suku, dan sebagainya," kata Ahmad.

Lebih lanjut, Ahmad menilai dinamika ke depan masih harus terus dicermati. Apalagi, sudah ada hasil survei yang dijadikan basis dalam pengambilan keputusan, termasuk untuk memasangkan cagub dan cawagub mendatang.

"Ibu Emi dari hasil survei itu tidak terlalu menguat sebagai cagub tapi dia menguat sebagai cawagub. Itu yang menarik. Figur sekarang hanya berputar pada Emi, Ansy, Melki, dan Petrus. Melki relatif aman karena sudah punya partai, sementara NasDem belum punya koalisi. PDIP belum punya koalisi dan belum memutuskan siapa yang didukung antara Emi atau Ansy," ujar Ahmad.

Lalu, apakah head to head Ansy dan Melki mungkin terjadi? Dia menilai kuncinya ada di PKB. "PKB mau ke mana? Dia mau ke NasDem atau dia mau ke PDIP? Karena Petrus sudah pegang rekomendasi dari NasDem. Itu yang saya bilang. Melki sudah relatif aman sementara Petrus aman dalam tanda petik karena belum ada mitra koalisi," ujar Ahmad.

"Ansy dengan Emi belum aman karena PDIP belum memutuskan. PDIP lambat mengambil sikap, NasDem bisa mengambil PKB. Itu artinya PDIP tidak ikut. Kecuali mereka mau menarik gerbong di KIM keluar. Sekarang kan ketika hasil survei keluar, dan Melki ada di posisi atas, ini kan pengelompokkan KIM menjadi wacana," lanjutnya.

Satu hal yang pasti, Ahmad mengatakan, Ansy dan Melki dari sisi figur sama-sama kuat. Mereka pun dikenal sebagai anggota DPR RI yang vokal memperjuangkan kepentingan NTT. "Tantangan memenangkannya ada di wakil. Kedua, soliditas partai koalisi. Mereka tidak boleh menciptakan friksi yang kemudian merugikan mereka. Kalau dari sisi figur saya kira tidak ada masalah," pungkas Ahmad.

(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular