
Harga Pangan-Sekolah-Kontrakan Naik, Buruh Nyerah Bila Dipotong Tapera

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan buruh menolak keras adanya potongan gaji untuk program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera). Apalagi saat ini pangan tinggi semua naik, biaya sekolah, kontrakan naik sehingga makin berat.
Buruh menilai program ini tidak matang dan hanya memberatkan buruh di situasi sulit. Parahnya, serikat buruh menduga program ini menjadi cara untuk bagi-bagi jabatan.
"Dugaannya ujung-ujungnya bagi-bagi kedudukan tim-tim sukses jadi komisaris di Tapera, Direktur di Tapera, kan gede gajinya, nggak jauh beda dengan BPJS Kesehatan, Ketenagakerjaan levelnya badan. Untuk memfasilitasi orang tim suksesnya ditaruh di situ," kata Presiden Asosiasi Serikat Pekerja (ASPEK) Indonesia Mirah Sumirat kepada CNBC Indonesia, Jumat (31/5/2024).
Kondisi itu tidak elok utamanya jika melihat kesulitan buruh yang terjadi belakangan ini. Di sisi lain, potongan upah tersebut dapat menyulitkan kondisi buruh yang kian terhimpit.
"Saya menduga Tapera untuk mendudukkan para orang-orang dekat dia jadi direktur, dewan komisaris, uangnya dari buruh yang dipotong. Feeling saya waktu jadi ketua wakil ketua LKS Tripartit, dibentuk badan kaya BPJS bentuknya, kan ada Dewas, Komisaris-komisaris," kata Mirah.
Di sisi lain, Ia menyetujui sejumlah riset bahwa pekerja RI kesulitan menabung belakangan ini. Jangankan untuk itu, sekedar melanjutkan hidup pun kondisinya makin pelik. Kenaikan harga pada banyak aspek seperti pangan dan pendidikan sudah sangat mencekik kehidupan pekerja.
"Ketika pangan tinggi semua naik, biaya sekolah, kontrakan. Sekarang artinya biaya hidup tinggi karena situasinya harga-harganya tinggi. Belum lagi nanti kemungkinan harga listrik September naik, kemudian juga BBM," sebut Mirah.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gaji Rp5 Juta Dipotong Tapera Rp126 Ribu, Buruh Ngotot Ogah Tapera