Di World Water Forum ke-10, RI Dorong Teknologi di Bidang Air & Energi

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia terus mendorong inovasi di bidang energi dan sumber daya air untuk mewujudkan ketahanan air di dalam negeri. Untuk itu dibutuhkan pertukaran ilmu pengetahuan, riset, inovasi, dan teknologi dalam pengelolaan air dengan negara lain di World Water Forum ke-10, pada 18 Mei mendatang.
Melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), pembangunan infrastruktur dan inovasi demi menjaga ketahanan air terus dilakukan. Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, sekaligus Ketua Harian Panitia Nasional Penyelenggara World Water Forum ke-10 mengatakan, untuk menjaga ketahanan air di dalam negeri telah dibangun berbagai infrastruktur pendukung.
Ada 187 bendungan eksisting, dan 61 bendungan baru yang dibangun sejak 2015 hingga 2024. Bendungan ini juga mampu menjadi salah satu sumber energi listrik terbarukan dari tenaga air dan tenaga surya, hingga proyek pengolahan Sampah menjadi Energi (Waste to Energy).
"Kementerian PUPR dalam pembangunan dan penyediaan infrastruktur mengutamakan prinsip lingkungan berkelanjutan dengan mengoptimalkan seluruh potensi yang ada," ungkap Basuki dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (7/5/2024).
Salah satu terobosan dalam memanfaatkan keberadaan bendungan atau waduk adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung atau Floating Solar PV berkapasitas 192 Mega Watt Peak (MWp) di Cirata, Jawa Barat.
Proyek PLTS Terapung Cirata ini merupakan kerja sama RI dan Uni Emirat Arab (UEA), yakni antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT PLN (Persero) melalui Subholding PT PLN Nusantara Power dan perusahaan energi asal UEA, Masdar.
Proyek yang dibangun di atas waduk seluas 200 hektar ini menjadi yang terbesar se-Asia Tenggara serta nomor tiga di dunia. Disini PUPR juga punya andil besar dalam pengelolaan debit air.
Listrik yang dihasilkan dari PLTS Terapung ini berkontribusi pada penambahan bauran energi baru terbarukan (EBT). Hal ini pun menjadi wujud kepedulian negara terhadap lingkungan yang berkelanjutan, serta memasok energi wilayah Jawa dan Bali. Artinya wilayah ini sudah 'menikmati' listrik hijau berkat terobosan dan inovasi PLTS terapung ini. Bahkan, proyek PSN ini menjadi etalase kerja sama global untuk menuju net zero emission 2060.
Basuki mengatakan prinsip lingkungan berkelanjutan dan optimalisasi potensi bendungan untuk menyediakan energi listrik terbarukan. Dengan memanfaatkan lebih dari 20% luas permukaan genangan bendungan, proyek PLTS terapung diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap sektor kelistrikan Indonesia dengan lebih ramah lingkungan.
Hal ini sejalan dengan salah satu tema yang didorong dalam forum air dunia ini, yakni pengembangan infrastruktur berbasis energi hijau guna mendukung target Net Zero Emission (NZE) di 2060. Kementerian PUPR juga berkontribusi dalam pengembangan pengolahan sampah menjadi energi untuk memanfaatkan gas metana yang dihasilkan dari limbah sebagai sumber energi alternatif yang sudah diterapkan di Balikpapan, Kalimantan Timur dan Banjarbakula, Kalimantan Selatan.
"Kami juga menerapkan metode Refuse-Derived Fuel (RDF), seperti pada Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Tritih Lor di Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah), Cicukang Holis di Kota Bandung, Kersiman Kertalangu, Padangsambian Kaja, dan Tahura di Denpasar Kota (Bali)," ujar Basuki.
Selain itu ada pula teknologi, untuk penyediaan air baku dan mengatasi kekeringan, Kementerian PUPR menerapkan teknologi Pompa Air Tenaga Hidro (PATH), yakni pompa air yang digerakkan oleh tenaga putaran turbin penangkap tenaga air, tanpa melalui transformasi menjadi tenaga listrik.
Teknologi PATH sangat sederhana karena digerakkan tanpa menggunakan sumber energi listrik atau bahan bakar lainnya, sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengoperasikannya. Penerapan teknologi PATH telah dilaksanakan dan diterima dengan baik di Temanggung, Magelang, dan Pacitan, Humbang Hasundutan (Humbahas), Bendungan Sekampung, dan Bendungan Pidekso.
Sebagai informasi, Pemerintah Indonesia bersama World Water Council (WWC) telah menyiapkan rangkaian forum pertemuan menuju acara puncak World Water Forum ke-10. Forum tersebut terdiri dari tiga proses utama yakni politik, regional/kawasan, dan tematik. Sinergi ketiga proses ini diperlukan dalam upaya mewujudkan air sebagai sarana menuju kesejahteraan bersama.
(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Forum Air Dunia Bakal Bawa Dampak Positif ke Ekonomi, Ini Buktinya!
