Megaproyek Baterai Listrik Buatan RI Bakal Lebih Hijau

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
26 March 2024 15:55
Pekerja beraktifitas di area pembangkit listrik tenaga Gas dan Uap Jawa 2 di (PLTGU) Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (3/2/2021). Guna memenuhi kebutuhan energi listrik nasional, PLN berupaya meningkatkan penggunaan energi bersih dan ramah lingkungan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Tanjung Priok (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia saat ini tengah mengejar proyek ekosistem baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV), salah satunya melalui kerja sama antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dengan perusahaan baterai EV asal China yakni CATL.

Direktur Utama Antam, Nico Kanter mengatakan bahwa nantinya, proyek pemrosesan nikel untuk baterai EV yakni High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang akan dibangun di kawasan industri ekosistem baterai EV akan mengutamakan konsep 'hijau' dengan mengaplikasikan konsep Environment, Social, Governance (ESG).

"Kita mau green nikel karena tuntutan ESG sebuah keharusan," jelas Nico saat acara Media Gathering Antam di Jakarta, dikutip Selasa (26/3/2024).

Adapun, Nico mengungkapkan nantinya proyek HPAL kerja sama tersebut akan sebagian menggunakan sumber energi dari gas yang dinilai sebagai energi yang lebih ramah lingkungan.

Dengan begitu, pihaknya perlu kajian lebih lanjut perihal penggunaan gas untuk pabrik HPAL yang akan dibangun itu. "Mungkin 60 mega watt (MW)-nya akan pakai gas tapi masih harus di-FS-kan soal ekonominya. Tapi proyeknya tidak berkurang," ucapnya.

Asal tahu saja, saat ini progres kerja sama Antam dengan CATL tengah mengejar pembangunan fasilitas pemurnian dan pemrosesan nikel hingga menjadi produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) di kawasan industri untuk sisi hulu hingga mid ekosistem baterai EV.

"(Kerja sama dengan CATL) kemarin itu progresnya kan sudah tanggal 28 (Desember 2023) kita tanda tangan (kerja sama) dan sudah ada share holdernya. Ini yang kita kejar di MHP nya industrial park harus sudah dibangun," bebernya.

Adapun, kepemilikan yang disetujui antara anak usaha CATL yakni HongKong CBL Limited (HKCBL) dengan Antam pada sisi tambang nikel dengan pembagian kepemilikan Antam 51% dan HKCBL sebesar 49%.

Sedangkan untuk proyek kawasan industri dan pabrik Rotary Kiln Electric Funance (RKEF) yang mengolah jenis Nickel Pig Iron (NPI) merupakan kerja sama antara HKCBL sebesar 60% dan Antam sebesar 40%.

Dengan begitu, kerja sama yang akan dikejar saat ini antara Antam dengan CBL sebagai anak usaha CATL adalah Joint Venture (JV) proyek High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang mengolah MHP. Niko mengatakan kerja sama tersebut masih memerlukan waktu dan kajian (feasibility study/FS) yang mendalam. "Dan juga kita harus setuju tanda tangan RKEF, dan HPAL JV-nya itu kan butuh waktu, dan FS musi lengkap" ucapnya.

Detailnya, kerja sama tersebut diproyeksikan akan terbagi kepemilikan proyek HPAL yakni Antam sebesar 30% sedangkan HKCBL sebesar 70%


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siap-siap, RI Bakal Produksi Baterai Kendaraan Listrik Perdana di 2024

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular