Siap-siap, RI Bakal Produksi Baterai Kendaraan Listrik Perdana di 2024

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
26 January 2024 18:00
Pengunjung melihat mobil listrik Hyundai Ioniq yang dipamerkan dalam ajang pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2021 di ICE, BSD City, Tangerang Selatan, Senin (15/11/2021). Hyundai Ioniq meluncur berbarengan dengan Hyundai Kona medio November 2020 lalu. Dari segi eksterior, Hyundai Ioniq Electric ini sudah terpancar aura futuristik, berkat grill tanpa lubang, dengan lampu khas unik yang berasal dari lampu depan LED ke Day Running Light (DRL). Dari sisi interior, IONIQ menampilkan kesan modern dengan kursi berbalut kulit. IONIQ juga memiliki dua layar LCD yang menampilkan berbagai informasi untuk pengemudi. Cluster Supervision dengan layar LCD TFT 7" memberikan informasi penting dari kendaraan pada posisi yang mudah terlihat oleh pengemudi. Powertrain dari Hyundai Ioniq menggunakan motor listrik bermagnet permanen dan berefisiensi tinggi sebesar 100 kW (136 PS) yang dipasok oleh baterai lithium ion 38,3 kWh. Motor mengembangkan torsi 295 Nm yang didistribusikan ke roda depan, dan ber akselerasi 0-100 m dalam 9,9 detik. Jarak tempuh Hyundai Ioniq mencapai 373 km (berdasarkan NEDC) dan 311 km (berdasarkan WLTP) dalam sekali pengisian daya. Pengisian daya penuh dapat dicapai dalam 54 menit untuk pengisian nol hingga 80 persen dengan menggunakan stasiun pengisian kendaraan listrik berkapasitas 100 kW (DC). Lebih lanjut Hyundai Ioniq ini juga bisa dicharging di rumah (standar) dari titik nol hingga 100 persen memakan waktu 17 jam 30 menit, AC Charging 6 jam 5 menit. Dalam ajang GIIAS mobil ini dibanderol seharga Rp 677 juta OTR Jakarta. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi pengisian baterai kendaraan listrik (Dokumentasi CNBC Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM, Agus Tjahajana Wirakusumah, mengungkapkan Indonesia sebentar lagi bakal memulai produksi baterai pertamanya di tahun ini. Adapun jenis baterai yang diproduksi berbasis Nickel-Mangan-Cobalt (NMC).

Hal tersebut menyusul hampir selesainya pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik terbesar di Asia Tenggara oleh Hyundai Motor Group. Nantinya pabrik ini berlokasi di wilayah Karawang, Jawa Barat.

"Ini pabrik baterai sudah hampir jadi. Produksinya mulai tahun ini," kata Agus ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (26/1/2024).



Menurut Agus secara persentase progres pembangunan pabrik baterai di Karawang sudah mencapai 95%. Ia pun berharap pada bulan April 2024 ini, pabrik tersebut dapat segera beroperasi.

Sebelumnya, Indonesia Battery Corporation (IBC) menargetkan akan memulai produksi baterai perdananya pada tahun 2024 sebesar 10 Giga Watt hour (GWh).

Direktur Indonesia Battery Corporation (IBC), Toto Nugroho, menyampaikan pabrik baterai ini merupakan hasil kerja sama dengan konsorsium asal Korea Selatan, yakni LG Energy Solution dan Hyundai Motor Group. Adapun pabrik ini akan dibangun di wilayah Karawang, Jawa Barat.

"Jadi bisa dilihat di 2024 kita akan ada 10 GWH pertama, Giga Watt pertama untuk otomotif. Ini yang kerja sama dengan Hyundai sudah siap beroperasi, dengan LG di Karawang," ujar dia dalam acara RDP bersama Komisi VII DPR RI, Jakarta, Senin (27/11/2023).

Selain itu, pada periode tersebut, pihaknya juga menargetkan pembangunan stasiun penukaran baterai listrik sekitar 5.000 unit. Ini dilakukan untuk mencapai target bauran energi baru dan terbarukan sebesar 13% pada tahun 2024.

Selanjutnya, pada 2034 pihaknya juga menargetkan untuk menggenjot produksi baterai hingga 50 GWh. Produksi sebanyak itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan baterai pada mobil listrik, motor listrik, hingga Battery Energy Storage System (BESS).

"ESS sangat penting untuk kita melakukan support terhadap pengembangan EBT dan kami akan paparkan apa saja yang sudah kami lakukan di sisi ini. Bahwa kita, IBC berperan dalam mendukung tujuan NZE melalui adopsi ESS yang sebenarnya sangat strategis untuk EBT kita hingga 3,5 GWh untuk tahun 2030," katanya.

"Nah bagaimana kita melakukan, tentu saja kita melakukan pengembangan ekosistem baterai, yaitu adalah pengembangan ESS, yang merupakan penyatuan dari seluruh value chain, baik dari hulu sampai hilir. Ini yang kami kerjakan juga tentunya dengan support dari teman-teman PT Antam, bagaimana kita melakukan hilirisasi dari hulu sampai hilir," tambahnya.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Mantap! Indonesia Akan Ekspor Prekursor Untuk Pabrik Tesla

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular