Tekanan Harga Pangan RI Tinggi, Peringkat 6 di G20
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mengakui tekanan tingginya harga pangan harus makin diwaspadai, tercermin dari inflasi volitile food pada Januari 2024 yang telah tembus di angka 7,22%, peringkat keenam tertinggi di antara negara-negara anggota G20.
Peringkat inflasi pangan tertinggi tercatat di Argentina mencapai 296%, diikuti Turki 69,71%, India 8,3%, Rusia 8,1%, dan Meksiko 7,28%. Di Bawah Indonesia, ada Inggris dan Afrika Selaran masing-masing 7%, dan terendah di China yang deflasi 5,9%.
"Volatile food pangan masih 7,22%, jadi ini concern bersama," kata Sekertaris Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso dalam acara Economic Outlook 2024 CNBC Indonesia, Kamis (29/2/2024).
Meski tekanan inflasi pangan tinggi, inflasi umum di Indonesia tergolong rendah dibanding negara-negara anggota G20. Inflasi umum Januari 2024 Indonesia hanya 2,57%, atau peringkat ke-17, di atas Jepang 2,2%, Arab Saudi 1,55%, dan Italia 0,8%. Tertinggi di Argentina 254,2%.
"Kita jauh lebih rendah dibandingkan negara G20, Indonesia dengan angka 2,57% masih jauh lebih rendah dibandingkan anggota G20," ucap Susiwijono.
Sebelumnya, Inflasi harga pangan bergejolak atau volatile food yang terus naik juga telah membuat Bank Indonesia (BI) was-was. Terutama dipengaruhi oleh harga beras yang terus meninggi.
Deputi Gubernur BI Juda Agung mengungkapkan, sebetulnya BI nyaman dengan angka inflasi umum saat ini atau per Januari 2024 yang berada di kisaran 2,57%, termasuk angka inflasi inti yang di kisaran 1,68%.
Angka inflasi umum pada awal tahun ini itu pun sebetulnya turun dari posisi bulan sebelumnya sebesar 2,61%, demikian juga dengan inflasi inti yang turun dari Desember 2023 sebesar 1,8%.
Sementara itu, inflasi volatile food malah meningkat, menjadi sebesar 7,22% pada Januari 2024, naik dari posisi per Desember 2023 yang sebesar 6,73%. Dipengaruhi terus naiknya harga komoditas beras.
"Core inflation kami sudah nyaman, tapi volatile food kita harus waspadai bersama, terutama beras," kata Juda Agung dalam acara Economic Outlook 2024 CNBC Indonesia, Kamis (29/2/2024).
Selain beras yang mengkhawatirkan harganya dan terus memengaruhi inflasi volatile food, Juda mengatakan juga ada komoditas lainnya yang harus waspadai pergerakan harganya saat ini, seperti cabai dan bawang.
"Yang musiman memang cabai dan bawang, tapi yang terutama beras karena memberi dampak signifikan ke daya beli masyarakat," ujar Juda Agung.
(haa/haa)