
"Kiamat Baru" Bakal Hantui Malaysia, Tarif BBM-Listrik Naik

Jakarta, CNBC Indonesia - Meningkatnya biaya hidup kini menghantui warga Malaysia. Khususnya mereka yang berpendapatan menengah dan tinggi di Malaysia.
Pasalnya di 2024 ini, sejumlah reformasi dilakukan pemerintah. Ini akan berdampak meningkatnya tagihan warga.
Salah satunya menyangkut kenaikan tarif air dan pengalihan subsidi bahan bakar minyak (BBM). Pemerintah juga menerapkan kenaikan pajak.
Warga kelas menengah dan atas tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan negara. Hal itu diyakini akan membuat anggaran rumah tangga mereka menyusut, apalagi harga barang impor pun kini tinggi akibat gangguan pengiriman di Laut Merah.
"Meskipun rumah tangga berpendapatan menengah dan tinggi akan merasakan tekanan, namun kelompok yang paling rentan adalah masyarakat berpendapatan menengah," kata Kepala ekonom dan kepala keuangan sosial di Bank Muamalat Malaysia, Mohd Afzanizam, sebagaimana dimuat media Singapura, The Strait Times, Senin (22/1/2024).
"Karena mereka cenderung memiliki tabungan yang lebih rendah dibandingkan dengan rumah tangga berpendapatan tinggi," tambahnya.
Mulai 1 Februari, ini misalnya, tagihan air bulanan rumah tangga Malaysia akan naik antara RM1,60 (Rp5 ribu) dan RM8 (Rp26 ribu). Ini berlaku di 11 negara bagian di Semenanjung Malaysia dan tiga wilayah federal.
Kenaikan dilakukan untuk mendanai instalasi pengolahan air baru. Perbaikan pipa bocor juga menjadi masalah lain.
Selama enam bulan pertama tahun 2024, tagihan listrik bulanan pun akan naik. Rata-rata RM22 untuk pengguna domestik yang membayar antara RM230 dan RM738.
Ini belum selesai. Mulai bulan Maret, Malaysia juga berencana menaikkan pajak layanan air dan listrik dari 6% menjadi 8%.
Bagian tersulit dari itu semua adalah, kenaikan bensin, solar dan gas. Subsidi segera dicabut untuk menambah kas negara sebesar RM15 miliar hingga RM 17 miliar.
Perlu diketahui Malaysia mengkategorikan tingkat pendapatan rumah tangga sebagai B40, M40 dan T20. B40 berarti 40% masyarakat berpenghasilan terbawah sementara M40 merujuk ke 40% menengah dan T20 merujuk ke 20% orang yang berpenghasilan tertinggi.
Rumah tangga B40 memperoleh pendapatan kotor bulanan di bawah RM 5,250 (Rp17.3 juta). Sementara M40 mempunyai pendapatan kotor bulanan antara RM5,250 dan RM11,819 (Rp39.1 juta) sedangkan keluarga dengan pendapatan lebih tinggi, T20, dianggap berpenghasilan tinggi.
Kelompok M40 dan T20 akan sangat terkena dampak dari kebijakan baru pemerintah.
Barang Sudah Mahal
Sementara itu, seorang warga yang mengklasifikasikan dirinya sebagai kelompok M40 mulai mengeluh betapa uangnya cepat habis saat berbelanja. Padahal ia hanya membeli barang sehari-hari.
"Saya heran sekarang, ketika saya membeli barang sehari-hari seperti susu, telur, roti, dan sayur-sayuran, tagihannya sudah antara RM50 dan RM100, dua kali lipat (dari enam bulan lalu)," kata Anuradha, dimuat dari laman yang sama.
"Sekitar 30% dari total pengeluaran saya digunakan untuk membeli bahan makanan," tambahnya.
Warga lain dari kelompok kategori T20 juga mengeluhkan hal sama. Ibu rumah tangga Satya Abeywickrama, 35, juga terkejut melihat tagihan belanjaan terbarunya, yang 50% lebih mahal dibandingkan tagihannya dua bulan lalu.
Padahal ia membeli barang yang sama. Yakni sosis, yogurt, serta stroberi dan anggur impor.
"Harga bensin yang lebih tinggi akan semakin menaikkan tarif Grab saya, yang sudah sangat tinggi," katanya.
"Saat ini, saya menghabiskan hingga RM1.000 untuk ongkos Grab setiap bulannya," tambahnya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Kalah Dari RI, Ekonomi Malaysia Hanya Tumbuh 3,7%