
Masalah Perizinan & Aksesibilitas Masih Jadi Tantangan KEK

Jakarta, CNBC Indonesia - Sekretaris Jenderal Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Susiwijono Moegiarso menyebutkan ada sejumlah tantangan dalam mendorong pembangunan KEK di Indonesia. Diantaranya adalah aksesibilitas dan juga perizinan.
"Sudah detailkan soal isu strategis, hingga bagian mana yang menjadi domain pusat dan mana yang menjadi domain daerah, 20 KEK sudah digali semua dan disimpulkan secara umum masalah utama memang aksesibilitas dan perizinan dasar, seperti perizinan berusaha," ungkap Susiwijono di Indonesia SEZ Business Forum dengan tema Peluang Bisnis Dalam Sektor Manufaktur Dan Sektor Pariwisata di Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia yang digelar di Sheraton Belitung Resort, KEK Tanjung Kalayang, Kepulauan Bangka Belitung, Rabu (13/12/2023).
Oleh karena itu lanjutnya, ke depan pemerintah akan meriview kembali aturan yang ada, apalagi dengan digulirkannya Indonesia Tourism Fund (ITF) untuk dukungan pembiayaan.
"Untuk regulasi dan implementasi masih sangat butuh dukungan pemerintah," pungkas Susiwijono.
Untuk diketahui, realisasi investasi di 20 KEK sepanjang 2023 telah mencapai Rp 62,9 triliun. Dengan pencapaian itu, berarti jumlah investasi di KEK tersebut telah melebihi target yang dipatok pemerintah untuk tahun 2023 yaitu Rp 62,2 triliun.
Susiwijono mengatakan nilai investasi yang didapatkan tersebut adalah investasi yang sudah benar-benar terealisasi dalam bentuk pembangunan fisik. Sehingga, bukan hanya sebatas komitmen. "Investasi yang diukur itu benar-benar realisasi, jadi bukan sebatas komitmen," katanya.
Susiwijono menuturkan, keberadaan KEK tidak hanya meningkatkan investasi, namun juga membuka lapangan kerja bagi banyak masyarakat.
Hingga tahun 2023 terdapat 20 KEK di Indonesia, terdiri dari 10 KEK Industri dan 10 KEK Pariwisata. Adapun KEK tersebut antara lain KEK Arun Lhokseumawe, KEK Sei Mangkei, KEK Batam Aero Technic, KEK Galang Batang, KEK Kendal, KEK Gresik, KEK Sorong, KEK Bitung, KEK Palu, KEK MBTK, KEK Nongsa, KEK Tanjung Kelayang, KEK Tanjung Lesung, KEK Lido, KEK Morotai, KEK Likupang, KEK Mandalika, KEK Kura-Kura Bali, KEK Sanur, dan KEK Singhasari.
Melalui 20 KEK yang sudah ditetapkan, KEK mengambil peran dalam mendorong perekonomian nasional dan daerah. Data menunjukkan bahwa KEK telah terbukti memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, seperti yang dihasilkan KEK Kendal yang terletak di Jawa Tengah.
KEK Kendal unggul dalam sektor industri berorientasi ekspor, substitusi impor, produk berteknologi tinggi (high tech products/HTP) dan pada aplikasi khusus yang mendukung industri 4.0 serta logistik yang berbasis Industri 4.0. Kehadiran KEK Kendal pada 2019 terbukti mampu mendorong perekonomian daerah dengan capaian nilai ekspor sebesar US$ 152,94 juta pada November 2023 dari sebelumnya yang hanya sebesar US$ 800.000 pada 2019 atau telah naik sekitar 200 kali lipat.
KEK Gresik yang berlokasi di Jawa Timur juga memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Khususnya dalam kegiatan utama berupa industri smelter nikel dan baja, elektronik, petrokimia, dan energi.
Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) yang merupakan KEK Gresik ditargetkan menyerap investasi Foreign Direct Investment (FDI) sebesar US$ 7 miliar.
(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Cara BRI Dorong Sektor Pariwisata di NTB