Internasional

Pemberontakan di Tetangga RI Memanas, Militer Mulai Kewalahan

luc, CNBC Indonesia
13 November 2023 07:40
This handout from the Karenni Nationalities Defence Force (KNDF) taken on May 23, 2022 and received on May 30 shows members of the KNDF taking part in a training session for female special forces members and women battalions at their base camp in the forest near Demoso in Myanmar's eastern Kayah state. (Photo by Handout / KARENNI NATIONALITIES DEFENSE FORCE (KNDF) / AFP) / -----EDITORS NOTE --- RESTRICTED TO EDITORIAL USE - MANDATORY CREDIT
Foto: Anggota KNDF mengambil bagian dalam sesi pelatihan bagi anggota pasukan khusus perempuan dan batalion perempuan di base camp mereka di hutan dekat Demoso di negara bagian Kayah, Myanmar timur. AFP/HANDOUT

Jakarta, CNBC Indonesia - Gerakan pemberontakan melawan junta militer di Myanmar kian masif. Terbaru, sebuah jet tempur militer Myanmar ditembak jatuh.

Hal tersebut merupakan kemunduran lain bagi junta yang menghadapi tantangan terbesar terhadap pemerintahannya sejak kudeta pada 2021.

Dilansir Reuters, Senin (13/11/2023), jet tersebut jatuh di atas Negara Bagian Kayah di Myanmar timur, dekat perbatasan dengan Thailand, pada akhir pekan lalu, saat terjadi pertempuran antara militer dan Pasukan Pertahanan Nasional Karenni (KNDF), yang mengatakan pihaknya menembak jatuh pesawat tersebut.

KNDF mengatakan di laman Facebook-nya bahwa mereka menembak jatuh jet tersebut pada Sabtu menggunakan senapan mesin berat dan anggotanya sedang mencari pilotnya.

Sementara itu, juru bicara Junta Zaw Min Tun mengatakan kepada MRTV yang dikelola pemerintah bahwa jet tersebut jatuh karena masalah teknis dan pilot telah keluar dengan selamat dan melakukan kontak dengan militer.

Insiden ini terjadi ketika militer Myanmar memerangi pasukan oposisi di berbagai bidang, ketika pasukan etnis minoritas dan milisi anti-junta melancarkan pemberontakan yang menurut para analis keamanan dilakukan dengan tingkat koordinasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Presiden yang dilantik oleh militer pekan lalu mengatakan Myanmar berisiko terpecah belah karena kegagalan menangani pemberontakan secara lebih efektif.

Konflik di Negara Bagian Shan, di timur laut yang berbatasan dengan China, telah menyebabkan sedikitnya 50.000 orang mengungsi, dengan terputusnya jalur perdagangan dan beberapa kota direbut sejak serangan anti-junta yang dilancarkan bulan lalu oleh tiga kelompok pemberontak etnis minoritas.

China pun telah menyerukan semua pihak untuk menghentikan permusuhan.

Aliansi pemberontak mengatakan mereka telah merebut lebih dari 100 pos militer. Penyerangan terhadap kota-kota juga terjadi di wilayah Sagaing, di Myanmar tengah, sebelah barat Negara Bagian Shan.

Ratusan pekerja asing, yang banyak di antaranya menurut aktivis hak asasi manusia adalah korban perdagangan manusia, terjebak dalam pertempuran tersebut, termasuk warga negara Vietnam dan Thailand.

Kementerian Luar Negeri Thailand mengatakan pada Sabtu bahwa 200 warga negaranya sedang menunggu untuk dievakuasi "sesegera mungkin ketika situasi memungkinkan".


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Darurat Negara di Tetangga RI, Kemenlu Buka Suara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular