Internasional

Inflasi Inggris Stabil 6,7%, Ada Ancaman Besar di Depan Mata

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
18 October 2023 15:40
The Union Jack flag flies above the Houses of Parliament from the Victoria Tower in London, Thursday, Sept. 12, 2019. The British government insisted Thursday that its forecast of food and medicine shortages, gridlock at ports and riots in the streets after a no-deal Brexit is an avoidable worst-case scenario. (AP Photo/Alastair Grant)
Foto: Inggris (AP Photo/Alastair Grant)

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi Inggris mencapai 6,7% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada September 2023. Realisasi ini tidak berubah dari bulan sebelumnya dan sedikit di atas ekspektasi sebesar 6,6%.

Secara bulanan (month-to-month/MtM), indeks harga konsumen meningkat sebesar 0,5%, sesuai dengan ekspektasi.

"Seperti yang telah kita lihat di negara-negara G7 lainnya, inflasi jarang turun secara lurus, namun jika kita tetap berpegang pada rencana kita maka kita masih memperkirakan inflasi akan terus turun tahun ini," kata Menteri Keuangan Inggris Jeremy Hunt dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip CNBC International, Rabu (18/10/2023).

"Berita hari ini menunjukkan bahwa hal ini menjadi lebih penting sehingga kita dapat mengurangi tekanan pada keluarga dan dunia usaha."

Kantor Statistik Nasional menyebut kontribusi penurunan terbesar datang dari makanan dan minuman non-alkohol, yang harganya turun dari bulan ke bulan untuk pertama kalinya sejak September 2021. Adapun, kenaikan harga bahan bakar memberikan kontribusi terbesar.

Sementara itu, inflasi inti, yang tidak termasuk harga makanan, energi, alkohol dan tembakau yang fluktuatif, berada pada angka 6,1% YoY, turun dari 6,2% YoY pada Agustus, namun sedikit di atas proyeksi sebesar 6%.

Sebelumnya pada Agustus, indeks harga konsumen Inggris cukup mengejutkan dengan penurunan menjadi 6,7%, di bawah ekspektasi, yang memicu Bank of England (BoE) mengakhiri kenaikan suku bunga selama 14 kali berturut-turut.

Bank sentral telah menaikkan suku bunga secara konsisten sejak Desember 2021 sebagai upaya mengendalikan inflasi, dengan menaikkan suku bunga kebijakan utamanya dari 0,1% ke level tertinggi dalam 15 tahun sebesar 5,25% pada Agustus.

Meskipun demikian, Marcus Brookes, kepala investasi di Quilter Investors, mengatakan bahwa jalur "lambat dan stabil" Inggris untuk kembali menuju target inflasi 2% Bank of England kemungkinan tidak akan meningkat dalam waktu dekat.

"Dengan meningkatnya ketegangan geopolitik, harga energi dan bahan bakar kembali naik dan tekanan inflasi berisiko memukul perekonomian yang telah melalui krisis biaya hidup yang menyakitkan. Untuk saat ini, narasi suku bunga yang lebih tinggi dan lebih panjang akan terus berlanjut," katanya dalam sebuah catatan email pada Ravu.

Meskipun upah kini meningkat lebih cepat dibandingkan kenaikan harga, Brookes mengatakan penderitaan yang dialami rumah tangga akibat pengetatan kebijakan moneter Bank Dunia sebelumnya "belum benar-benar terasa".

Ia juga menyarankan bahwa para pengambil kebijakan mungkin memerlukan "setidaknya kenaikan suku bunga lagi".


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Krisis Inggris Makin Ngeri! Ancaman 'Kiamat' Baru Mengintai

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular