
Sempat Dimatikan, PLTU Suralaya Masih Sanggup Menyala

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan listrik pelat merah dalam negeri yakni PT PLN (Persero) mengungkapkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara Suralaya 1-4 berlokasi di Cilegon, Banten yang sudah beroperasi sejak akhir tahun 80-an tersebut diklaim masih belum mencapai batas umur keekonomiannya.
Executive Vice President Energy Transition and Sustainability PLN, Kamia Handayani mengatakan bahwa PLTU Suralaya sempat mengalami re-evaluasi aset yang memperpanjang umur pembangkit tersebut untuk bisa terus beroperasi.
Dia menyebutkan PLTU itu sempat mengalami modifikasi boiler atau alat yang mengubah air menjadi uap yang sudah dilakukan sejak sebelum program transisi energi digencarkan dalam negeri.
"Suralaya itu sempat mengalami re-evaluasi aset dan sempat di-extend juga kan lifetime-nya. Jadi sebelum kita berbicara energy transition, kita masih membutuhkan energi. Dia (PLTU Suralaya) di-extend lifetime-nya dengan di-retrofit, jadi diganti boiler-nya," jelas Kamia saat ditemui di sela acara Renewable Energy and Climate Summit Indonesia-the Netherlands, Jakarta, dikutip Selasa (10/10/2023).
Sedangkan, setelah adanya program transisi energi menjadi energi yang lebih bersih di Indonesia digencarkan, Kamia klaim bahwa pihaknya masih belum bisa memensiundinikan PLTU Suralaya yang sudah di evaluasi untuk bisa diperpanjang umurnya.
Dia mengatakan memensiundinikan PLTU tersebut akan menambah beban biaya perusahaan. "Ada cost berarti kan. Karena tadi kita sudah keburu invest di extension-nya kan, karena kan ganti boiler, ganti itu," tambahnya.
Sebagaimana diketahui, PLTU Suralaya 1-4 sempat dimatikan sementara imbas isu polusi Jabodetabek. Sebelumnya Direktur Utama PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha Putra mengatakan pihaknya juga telah melakukan berbagai upaya untuk terus menurunkan emisi dari operasional pembangkitnya.
Edwin menjelaskan, PLTU Suralaya telah dilengkapi dengan teknologi Electrostatic Precipitator (ESP) yang akan menyaring debu sisa pembakaran sampai ukuran terkecil di bawah 2 micrometer.
"Di sisi pengawasan emisi, PLTU Suralaya telah dilengkapi dengan Continuous Emission Monitoring System (CEMS) untuk memastikan emisi gas buang dari operasional tetap di bawah ambang batas yang ditentukan. Di sini bisa dilihat, PLN menerapkan sistem digital untuk mengelola seluruh pembangkit kami. Monitoring sistem pembangkit membuat operasional semakin efektif dan efisien," ujar Edwin dalam siaran persnya, dikutip Rabu (6/9/2023).
Dia menyebutkan operasional PLTU Suralaya telah memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan pemerintah. Pihaknya bahkan melakukan pengurangan operasional PLTU saat awal disebut sebagai kontributor polusi Jakarta.
"Sejak 28 Agustus, PLN mengurangi operasional PLTU Suralaya sebanyak 4 unit atau sebesar 1.600 Megawatt (MW) tapi kita ketahui polusi di Jakarta justru semakin tinggi," ungkapnya.
Seperti diketahui, PLTU batu bara Suralaya 1, 2, 3 dan 4 berlokasi di Cilegon, Provinsi Banten itu memiliki kapasitas yang besar yakni memiliki masing-masing kapasitas 400 Mega Watt (MW). Sehingga total keseluruhan pembangkit menjadi 1.600 MW.
PLTU batu bara ini dioperasikan oleh anak usaha PT PLN (Persero) yakni PT Indonesia Power (IP).
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PLN Setop PLTU Suralaya 1-4, Tapi Kok Polusi Masih Tinggi?