Ada Kabar Baik Bagi Ekonomi RI saat Dunia Kacau Balau, Simak!

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
04 October 2023 10:56
Pengunjung menyaksikan tayangan video mapping di kawasan Monas Jakarta Indonesia pada 23 April 2023. Bertepatan dengan libur Idul Fitri, Pemprov DKI Jakarta menggelar Pekan Kegiatan Monas 2023 yang ditandai dengan tayangan video mapping. (Eko Siswono Toyudho/Anadolu Agency via Getty Images)
Foto: Pengunjung menyaksikan tayangan video mapping di kawasan Monas Jakarta Indonesia pada 23 April 2023. (Anadolu Agency via Getty Images/Anadolu Agency)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Indonesia terpantau tetap relatif kuat di tengah guncangan pasar global yang dipengaruhi oleh kebijakan 'hawkish' bank sentral Amerika Serikat (AS) dan fenomena suku bunga tinggi alias 'higher for longer'.

Kondisi global akibat arah bank sentral AS dan suku bunga tinggi sebenarnya menekan nilai tukar rupiah. Rupiah pada pagi ini, Rabu (4/10/2023), diperdagangkan pada level Rp 15.600, menurut data Refinitiv.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti memastikan ekonomi domestik sebenarnya relatif aman di tengah gejolak global ini.

Buktinya, kata Destry, Indonesia bisa tumbuh 5,17% pada kuartal III lalu. Adapun, pada kuartal III, BI berharap ekonomi Tanah Air masih bisa tumbuh di kisaran 5%. BI, memperkirakan ekonomi Indonesia berada di kisaran 4,3%-5,3% pada tahun ini.

"Dan nampaknya dekat-dekat 5% masih bisa tercapai," kata Destry dalam seminar mengenai.

Kondisi Indonesia lebih baik dari negara-negara lain. Sementara itu, IMF, Bank Dunia dan ADB melakukan koreksi pertumbuhan ekonomi bagi negara-negara tetangga ASEAN dan China.

"Kita masih bersyukur ekonomi tumbuh 5% dan bahkan kredit tumbuh 9% di Agustus," lanjutnya.

Kondisi ekonomi domestik yang kuat ini, menurut Destry, dipengaruhi oleh banyak faktor. Pertama, Indonesia memiliki konsumsi dan investasi domestik yang kuat. Dua kegiatan ini menyumbang 90% dari PDB Indonesia.

"Kita tambah lagi dengan government spending yang mulai terakselerasi pada kuatal II dan kita perkirakan semester II lebih baik dari semester I," ungkap Destry.

Sayangnya, ekspor Indonesia melemah. Hal ini dipicu oleh penurunan harga komoditas, lemahnya permintaan global dan lesunya ekonomi China yang menjadi mitra dagang utama Indonesia. Meskipun ekonomi Indonesia relatif kuat, Destry mengingatkan semua pihak harus yakin bahwa gejolak dan ketidakpastian masih ada.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Sederet PR Jokowi "Jaga" Ekonomi RI 2023 di Atas 5%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular