
Sengit! Dunia Rebutan Dolar, Ini Buktinya

Jakarta, CNBC Indonesia - Instrumen investasi deposito valuta asing (valas) khususnya dolar Amerika Serikat (USD) menjadi pilihan yang menarik bagi investor. Hal ini tercermin dari cukup tingginya imbal hasil khususnya untuk tenor 12 bulan atau satu tahun di berbagai negara di Asia.
Dolar menjadi rebutan setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) memberi sinyal akan terus mempertahankan kebijakan hawkishnya pada rapat Federal Open Market Committee (FOMC) bulan lalu.
The Fed memang memutuskan menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% sesuai ekspektasi pasar. Namun, The Fed mengisyaratkan mereka akan tetap hawkish dan membuka kemungkinan kenaikan suku bunga ke depan.
Hasil rapat FOMC juga mengindikasikan jika kebijakan moneter yang ketat akan tetap berlanjut hingga 2024. Sebanyak 10 dari 19 pejabat The Fed memperkirakan kebijakan suku bunga masih di atas 5% hingga tahun depan.
Pernyataan hawkish The Fed ini membuat dolar AS melonjak. Indeks dolar AS (DXY) pada Selasa (3/10/2023) ada di posisi 107,02 pada perdagangan kemarin. Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak November 2022 atau 10 bulan lebih.
Melonjaknya dolar AS membuat dolar menjadi incaran banyak negara. Persaingan untuk mendapatkan dana dolar pun semakin ketat.
Persaingan menarik nasabah dolar AS sangat terasa di semua kawasan, termasuk di Asia. Berikut gambaran betapa persaingan bank-bank di Asia dalam menarik nasabah deposito valas:
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)