
Dunia Rebutan Dolar! Jepang, Singapura, Malaysia Saling Sikut

Jakarta, CNBC Indonesia - Suku bunga Amerika Serikat (AS) dan indeks dolar AS (DXY) yang terus mengalami apresiasi membuat instrumen investasi deposito valuta asing (valas) khususnya USD menjadi pilihan yang menarik bagi investor.
Dilansir dari Refinitiv pada Rabu (4/10/2023), DXY berada di posisi 107,07 dan telah menguat cukup tajam dalam tiga bulan berturut-turut. Pada awal Agustus, DXY berada di angka 101,87 dan terus mengalami apresiasi sebesar 5,1% hingga ke posisi saat ini.
Persaingan menarik nasabah dolar AS sangat terasa di semua kawasan, termasuk di Asia. Berikut gambaran betapa persaingan bank-bank di Asia dalam menarik nasabah deposito valas.
Jepang
Sebagai contoh, Sumitomo Mitsui Banking Corp. (SMBC) dari Jepang akan menaikkan suku bunga deposito berjangka dalam mata uang dolar (USD) menjadi 5,3% dari 0,01%, menurut Nikkei, tingkat yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberikan oleh pemberi pinjaman besar AS untuk penawaran serupa.
Perubahan ini berlaku untuk deposito berjangka dengan jangka waktu enam bulan dan satu tahun mulai tanggal 25 September.
Sementara Shinsei Bank sebagai salah satu bank di Jepang juga memberikan imbal hasil sebesar 5,3% untuk time deposit 1 tahun dengan mata uang USD.
Sebagai catatan, Di AS, suku bunga sertifikat deposito, yang serupa dengan deposito berjangka di bank-bank Jepang, berada pada kisaran 3-4% di JPMorgan Chase dan Citigroup, sedangkan suku bunga tabungan hampir nol.
Hong Kong
HSBC Hong Kong menawarkan imbal hasil deposito valas USD dalam satu tahun sebesar 4% dengan minimal deposit US$2.000 atau lebih. Sementara untuk tenor enam bulan, justru imbal hasil yang ditawarkan lebih tinggi yakni 5,2% per tahunnya.
Sedangkan DBS Bank Hong Kong memberikan imbal hasil sebesar 4,55% untuk periode satu tahun dengan minimal deposit US$6.000 atau lebih tinggi. Meskipun sama-sama DBS, namun DBS Bank Hong Kong memberikan imbal hasil yang lebih rendah dibandingkan Singapore.
China
Industrial and Commercial Bank of China (ICBC) memberikan imbal hasil yang sama baik residen maupun non-residen. Untuk deposito USD dengan periode satu tahun, ICBC memberikan 4,2%. Hal ini serupa dengan yang periode enam bulan maupun sembilan bulan.
Singapura
DBS Bank Singapore memberikan rate yang lebih rendah dibandingkan Jepang yang hanya sebesar sekitar 4,76-5,06% untuk satu tahun. Imbal hasil paling besar bisa didapatkan nasabah jika deposit USD antara US$250.001-500.000.
Berbeda halnya dengan UOB Singapore yang memberikan deposito valas USD lebih tinggi dibandingkan DBS untuk satu tahun sebesar 5,15-5,40%. Investor dapat memperoleh imbal hasil tertinggi hanya dengan deposit antara US$250.000-499.999.
Malaysia
Publik Bank Berhad memberikan fixed deposit rates per 22 September 2023 untuk dolar AS dengan tenor 12 bulan akan diberikan imbal hasil sebesar 5,60%. Deposito USD ini merupakan imbal hasil tertinggi kedua setelah New Zealand Dollar (NZD) yang memberikan imbal hasil sedikit lebih tinggi yakni 5,65% untuk tenor 12 bulan.
Sementara OCBC Malaysia menawarkan deposito berbasis USD dengan tenor 12 bulan memiliki imbal hasil 5,645%. Sementara durasi yang lebih pendek akan mendapat imbal hasil yang lebih rendah juga.
Thailand
Imbal hasil yang diberikan Kasikornbank untuk deposito USD dengan tenor 12 bulan, maka investor bisa mendapatkan 2,90%. Sementara untuk tenor yang lebih tinggi seperti 24 dan 36 bulan, maka imbal hasil yang didapatkan dapat menyentuh 3,30% bahkan 3,50%.
Indonesia
Bank Mandiri menawarkan deposito USD dengan bunga dibayar bulanan dan jatuh tempo untuk tenor satu tahun dengan imbal hasil sekitar 0,75-1,75%. Sementara untuk bunga yang dibayar di muka, Bank Mandiri memberikan imbal hasil sekitar 0,68-1,65%.
Senada dengan BNI, deposito valas USD dengan tenor 12 bulan memberikan imbal hasil dengan rentang 0,75-1,75% dengan minimum deposit US$1.000 untuk pembukaan akun deposito.
Berbeda sedikit dengan bunga deposito valas BCA yang memberikan imbal hasil lebih tinggi dibandingkan Bank Mandiri 1-2% untuk periode 12 bulan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev)