
Dunia Kini Rebutan Dolar, Bank di RI Juga Ikut Saling Sikut

Jakarta, CNBC Indonesia - Masih perkasanya dolar Amerika Serikat (AS) membuat instrumen tersebut terus diburu investor. Perbankan bahkan harus saling sikut demi mengamankan pasokan dolar dengan memberikan imbalan yang paling menarik.
Dolar AS merupakan instrumen hedging bagi inflasi yang terus melonjak serta meningkatnya ketidakpastian global.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat ada peningkatan terhadap suku bunga deposito valuta asing (valas) perbankan menjadi 1,86%. Akan tetapi angka terakhirnya masih di bawah suku bunga penjaminan LPS untuk valas yakni sebesar 2,25%.
Mengutip data LPS, dana pihak ketiga (DPK) perbankan per Agustus 2023 sebesar Rp 8.128 triliun, naik 5,9% secara tahunan (year on year/yoy). Sebanyak 14,59% di antaranya merupakan simpanan dalam bentuk valas.
LPS mencatat simpanan valas per Agustus 2023 tumbuh 7,4% yoy menjadi Rp 1.186 triliun. Angka ini disumbang oleh 2,88 juta akun rekening bank di Tanah Air.
Bila dirinci, sebanyak 58,6% valas tersimpan dalam bentuk giro. Kemudian 26,39% lainnya dalam bentuk deposito, dan sisanya tabungan.
Penelusuran CNBC Indonesia menunjukkan rata-rata bunga deposito dolar Amerika Serikat (AS) di perbankan Indonesia ada di kisaran 0,1-4,0% untuk tenor 12 bulan. Besaran bunga tergantung dari jumlah simpanan dan kebijakan bank itu sendiri.
Misalnya Bank Danamon yang menawarkan bunga deposito berjangka USD dengan tenor 12 bulan sebesar 0,25%. Namun untuk deposito online USD dengan tenor yang sama justru memberikan imbal hasil yang jauh lebih tinggi yakni 4% dengan minimal penempatan dana US$100.000.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)